Kapolres Cilegon, AKBP Kemas Indra Natanegara, mengungkapkan motif dari para pelaku SH (38), RH (38), dan EM (23) dalam kasus penculikan dan pembunuhan APH (5) yang jasadnya ditemukan di Pantai Muhara, Lebak, Banten. Menurut polisi, para tersangka merasa sakit hati terhadap ibu korban yang bernama A.
“Motif sementara yang kami dalami, untuk SH dan RH itu sakit hati karena perlakuan ibu korban, Saudari A. Saudari A sering memarahi anak dari EM dan juga berkaitan dengan utang pinjol,” ujar Kemas di Mapolres Cilegon, Banten, Selasa (23/9).
Kemas menjelaskan awalnya SH dan RH berbisnis dan berutang melalui aplikasi pinjaman online dengan data pribadi ibu dari APH. Mereka berutang sebesar Rp75 juta namun usaha mereka bangkrut dan tidak mampu membayar utang tersebut. Sementara itu, A terus menagih utang kepada SH dan RH.
Pelaku EM juga mengaku sakit hati dengan A karena sering memarahi anaknya. EM kemudian mengungkapkan perasaannya kepada SH dan RH, sehingga ketiganya merencanakan aksi balas dendam. Pembunuhan direncanakan sejak satu bulan lalu dan panggangannya dimulai pada 17 September 2024.
Selanjutnya, SH dan RH menyembunyikan APH di kontrakan kosong yang bersebelahan dengan tempat tinggal korban. Ketika A pergi keluar, APH dibawa masuk ke dalam kontrakan kosong tersebut dengan cara dibekap mulutnya oleh SH.
Setelah itu, wajah korban ditutupi dengan lakban berlapis-lapis dan duduki oleh SH dan RH bergantian. Korban juga dipukul dengan shockbreaker sepeda motor hingga meninggal dunia. Setelah membunuh korban, SH dan RH menghubungi EM yang kemudian meminta dua orang lain untuk membuang jenazah korban dengan bayaran Rp100.000 masing-masing.
Jenazah APH ditemukan di Pantai Muhara, Lebak, Banten dengan tubuh penuh luka lebam dan wajah dilakban pada 19 September 2024. Ketika ditemukan, polisi memperkirakan APH sudah meninggal selama dua hari.