Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya jumlah insinyur di Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Menurutnya, situasi ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang saat ini terjadi. Contoh konkretnya adalah sebuah perusahaan yang hanya membuka 20 lowongan untuk insinyur namun mendapatkan lebih dari 23 ribu pelamar. Hal ini disebabkan oleh konflik internasional dan ketegangan perdagangan antara negara-negara seperti perang di Eropa dan Timur Tengah, serta perselisihan antara Amerika Serikat dan China.
Dampak dari kondisi ini juga terasa dalam penurunan harga komoditas unggulan Indonesia yang berdampak pada pemangkasan anggaran pembangunan infrastruktur. Akibatnya, pembangunan daerah menjadi terhambat dan kondisi jalan yang rentan rusak. Persatuan Insinyur Indonesia, melalui Ketua Umumnya, Ilham Akbar Habibie, juga menyoroti masalah minat generasi muda terhadap profesi insinyur. Banyak anak muda lebih tertarik menjadi konten kreator seperti Youtuber daripada mengejar karir dalam bidang rekayasa.
Selain itu, keterbatasan industri lokal dan kurangnya dukungan pasar kerja turut menyebabkan banyak lulusan teknik bekerja di luar bidang insinyur. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi oleh para insinyur di Indonesia yang perlu ditangani secara serius.
