Prabowo Subianto

HomekesehatanNgeri! Bakteri “Pemakan Daging” Merebak di Jepang, Sudah Sampai Indonesia? – Sehat...

Ngeri! Bakteri “Pemakan Daging” Merebak di Jepang, Sudah Sampai Indonesia? – Sehat Negeriku

Jakarta, 26 Juni 2024

Jepang saat ini sedang mengalami wabah sindrom syok toksik streptokokus (STSS), yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes grup A. Kasus STSS di Jepang sudah mencapai lebih dari 1.000 dan menarik perhatian global.

Bakteri ini dikenal sebagai “pemakan daging” karena dapat merusak kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dengan cepat. Penularan STSS terjadi melalui pernapasan dan droplet (percikan ludah atau lendir) dari penderita.

“Saati ini belum ada laporan kasus bakteri ‘pemakan daging’ di Indonesia,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi. Namun, pihaknya terus memantau situasi melalui surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dan pemeriksaan genomik.

Kasus STSS yang dilaporkan di Jepang biasanya terjadi di rumah sakit dan disebabkan oleh bakteri streptokokus yang awalnya menunjukkan gejala faringitis atau peradangan tenggorokan.

Infeksi STSS dapat berakibat fatal karena dapat menyebabkan sepsis dan kegagalan multiorgan. Meskipun demikian, penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti karena gejalanya seringkali ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu singkat.

Jepang telah melaporkan kasus infeksi streptokokus melalui sistem notifikasi surveilans sejak 1999. Pada tahun 2023, terdapat 941 kasus, dan angka tersebut meningkat menjadi 977 kasus pada Juni 2024.

Meskipun kekhawatiran yang timbul, penyebaran STSS jauh lebih rendah dibandingkan dengan COVID-19. Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga perilaku hidup sehat, menggunakan masker saat sakit, dan melakukan cuci tangan secara rutin.

“Yang paling penting saat ini adalah mempertahankan kebiasaan baik yang telah terbentuk selama pandemi COVID-19, seperti cuci tangan dengan sabun dan menggunakan masker, untuk mengurangi penularan droplet melalui pernapasan,” ujar dr. Nadia.

Hingga saat ini, belum ada pembatasan perjalanan dari dan ke Jepang terkait dengan STSS. WHO juga tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan ke negara yang terdampak kenaikan kasus iGAS atau penyakit invasif Streptococcus grup A, termasuk STSS, di Eropa pada Desember 2022.

Pengobatan STSS dilakukan dengan pemberian antibiotik. Saat ini belum terdapat vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri “pemakan daging”.

Informasi ini disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi hotline Halo Kemenkes melalui nomor 1500-567, SMS 081281562620, atau email [email protected].

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

Source link