Prabowo Subianto

Prabowo Subianto Janji Program Kesejahteraan Sentuh Anak-anak di Seluruh Indonesia

Jakarta – Presiden terpilih Prabowo Subianto berjanji bahwa program untuk kesejahteraan di pemerintahannya akan menyentuh seluruh anak-anak Indonesia. Hal ini dikatakan Prabowo saat menghadiri...
HomekesehatanKetika Kaki Terus Gelisah – Sehat Negeriku

Ketika Kaki Terus Gelisah – Sehat Negeriku

Gejala utama sindrom kaki gelisah adalah keinginan yang sangat besar untuk menggerakkan kaki. Penyebabnya bisa karena gaya hidup, genetis, atau konsumsi obat tertentu.

Pernahkah kaki Anda bergoyang atau berayun tanpa sadar? Ternyata, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), kondisi itu disebut dengan sindrom kaki gelisah atau restless legs syndrome (RSL), yang juga dikenal sebagai penyakit Willis-Ekbom. Ini merupakan gangguan sistem saraf pusat yang menyebabkan timbulnya keinginan tidak terkendali untuk menggerakkan kaki.

Pada kebanyakan kasus, tidak ditemukan penyebab pasti dari sindrom kaki gelisah, yang dikenal sebagai sindrom kaki gelisah idiopatik (primer). Sebagian ahli saraf berpendapat bahwa gejala sindrom kaki gelisah memiliki ragam faktor penyebab dan berhubungan dengan dopamin, zat kimia di dalam otak yang bisa meningkat saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Dopamin terlibat dalam pergerakan otot dan bertanggung jawab atas gerakan tidak sadar pada sindrom kaki gelisah. Menurut penelitian Pratt dkk. dalam jurnal Current Rheumatology Review pada 2016, sindrom kaki gelisah terjadi ketika zat besi di beberapa bagian otak termasuk mengalami penurunan. Bagian-bagian otak tersebut juga menunjukkan keadaan kelebihan dopamin. Sindrom ini disebabkan oleh gangguan kesehatan, seperti defisiensi zat besi, gagal ginjal kronis, diabetes melitus, Parkinson, rheumatoid arthritis, defisiensi folat dan magnesium, atau fibromyalgia. Hal ini dikenal sebagai sindrom kaki gelisah sekunder.

Sindrom kaki gelisah bisa diturunkan secara genetis. Penelitian Winkelman dkk., yang dipublikasikan dalam European Journal of Neurology pada 2006, menyatakan bahwa telah ditemukan lokus gen autosom yang berhubungan dengan sindrom kaki gelisah. Dalam kasus ini, gejala biasanya muncul sebelum usia 45 tahun.

Cesnik dkk., dalam jurnal Neurology pada 2010, menyebutkan bahwa hampir sepertiga pasien hamil dipengaruhi oleh sindrom kaki gelisah pada 3 bulan terakhir kehamilannya, meski belum diketahui secara pasti penyebabnya. Gejalanya biasanya hilang setelah pasien tersebut melahirkan.

Sindrom kaki gelisah dapat menyerang siapa saja dan kapan saja dalam hidup mereka. Orang lanjut usia juga rentan mengalami sindrom kaki gelisah, meskipun gejalanya bisa saja berkembang pada usia berapa pun, termasuk di masa kanak-kanak.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyarankan penderita sindrom kaki gelisah menghindari pemicu yang bisa memperburuk gejalanya. Pemicu itu antara lain obat-obatan antidepresan, antipsikotik, atau lithium yang digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar; antiemetik penghambat dopamin; dan antihistamin yang bekerja secara sentral; kafein atau alkohol; merokok; kelebihan berat badan atau obesitas; serta stres.

Gejala utama sindrom kaki gelisah adalah keinginan yang sangat besar untuk menggerakkan kaki. Hal ini menyebabkan adanya sensasi merangkak atau merayap yang tidak nyaman pada kaki, betis, dan paha. Gejala ini dapat memberat bila penderitanya sedang beristirahat, duduk, atau berbaring. Kadang-kadang lengan, dada, dan wajah juga bisa terkena dampaknya. Menurut data NINDS, lebih dari 80 persen penderita sindrom kaki gelisah juga mengalami sentakan tak sadar pada kaki dan lengan, yang dikenal sebagai periodic limb movement of sleep (PLMS). Jika Anda menderita PLM, kaki Anda akan tersentak atau bergerak-gerak tak terkendali, yang biasanya terjadi pada malam hari. Gerakannya singkat dan berulang-ulang, biasanya terjadi setiap 20-40 detik.

Gejala sindrom kaki gelisah bisa bervariasi, dari ringan hingga berat. Allen dkk., dalam jurnal Sleep Medicine pada 2014, menyebutkan bahwa gejalanya bisa berupa sensasi kesemutan, terbakar, gatal atau berdenyut, perasaan “menyeramkan”, perasaan seperti air bersoda ada di dalam pembuluh darah di kaki, dan sensasi kram yang menyakitkan di betis. Dalam kasus yang parah, sindrom kaki gelisah sangat menyusahkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sensasinya seringkali memburuk pada sore atau malam hari. Penderita menjadi sulit tidur sehingga produktivitas terganggu karena sering kelelahan dan mengantuk pada siang hari. Sebagian orang mengalami gejala ini sesekali tapi sebagian lain mengalaminya setiap hari.

Sindrom kaki gelisah memang tidak mengancam jiwa tetapi pada kasus yang parah akan menyebabkan insomnia, yang memicu kecemasan dan depresi. Gejala sindrom kaki gelisah biasanya akan hilang jika penyebab utamanya dapat diatasi.

Allen dkk. menyatakan bahwa tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis sindrom kaki gelisah. Diagnosis pada umumnya didasarkan pada gejala-gejala di atas, riwayat kesehatan Anda dan keluarga, pemeriksaan fisik, dan hasil tes gangguan neurologis, radikulopati, atau penyakit Parkinson. Dokter juga akan merujuk Anda untuk menjalani tes darah untuk memastikan atau menyingkirkan kemungkinan penyebab sindrom kaki gelisah.

Untuk kasus yang ringan, gejala sindrom kaki gelisah tidak memerlukan pengobatan apa pun, selain melakukan beberapa perubahan gaya hidup agar lebih sehat. Misalnya, tidur yang teratur dan menghindari alkohol atau kafein di malam hari; berhenti merokok jika Anda merokok; berolahraga secara teratur pada siang hari; dan mengonsumsi air mineral yang cukup serta makan makanan bergizi seimbang. Jika gejalanya memburuk, Anda mungkin memerlukan bantuan dokter spesialis dan obat-obatan untuk mengatur kadar dopamin dan zat besi dalam tubuh Anda dan pereda nyeri.

Selama mengalami sindrom kaki gelisah, ada beberapa hal yang dapat membantu meringankan gejalanya, seperti memijat kaki, mandi air panas di malam hari, mengoleskan kompres panas ke otot kaki Anda, dan melakukan aktivitas yang mengalihkan pikiran, seperti membaca atau menonton televisi, dan latihan relaksasi, seperti yoga atau tai chi, berjalan kaki, dan melakukan peregangan.

Source link