Prabowo Subianto

HomekesehatanKKHI Mekkah Selesai Operasional Sebanyak 2.771 Jemaah Terlayani – Sehat Negeriku

KKHI Mekkah Selesai Operasional Sebanyak 2.771 Jemaah Terlayani – Sehat Negeriku

Makkah, 14 Juli 2024

Layanan operasional penyelenggaraan ibadah haji tahun 1445 H/2024 M di Makkah, Arab Saudi, telah resmi berakhir pada Sabtu (13/7). Sebanyak 15 kloter jemaah haji terakhir telah diberangkatkan dari Makkah menuju Madinah.

Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Makkah Nurul Jamal S.Kom, M.Kom menyatakan bahwa selanjutnya pelayanan penyelenggaraan haji akan difokuskan di Madinah. Oleh karena itu, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah resmi menutup operasionalnya pada Sabtu pukul 16.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

Selama 55 hari beroperasi, mulai dari 20 Mei hingga 13 Juli 2024, KKHI Makkah telah melayani 2.771 jemaah haji dengan berbagai kondisi kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. Sebanyak 1.308 jemaah di antaranya dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi (RSAS) untuk penanganan lebih lanjut.

Hingga penutupan operasional KKHI Makkah, terdapat 56 pasien yang masih dirawat di RSAS. Satu pasien pulang ke KKHI pada Sabtu (13/7) pukul 19.00 WAS setelah menjalani perawatan di RSAS.

Meskipun layanan operasional telah ditutup, KKHI masih menyiagakan ruang IGD sebagai tempat transit bagi pasien setelah perawatan di RSAS hingga 23 Juli 2024. KKHI Makkah juga telah menyiapkan tim advance untuk menjalankan program visitasi bagi jemaah haji yang masih dirawat di RSAS hingga tanggal yang sama.

“Pemantauan dan visitasi jemaah yang masih dirawat di RSAS akan terus dilakukan, sampai semua petugas kembali ke tanah air,” ujar Jamal.

Kasie Kesehatan Daker Makkah menjelaskan bahwa jika masih ada jemaah yang dirawat di RSAS sampai semua petugas kesehatan kembali ke tanah air, hal itu akan dilaporkan kepada Kantor Urusan Haji (KUH) Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah. Selanjutnya, diserahkan kepada KJRI di Jeddah untuk melakukan pemantauan jemaah di RSAS.

Dia menegaskan bahwa semua jemaah haji yang masih dirawat di RSAS tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia hingga jemaah dapat kembali ke Indonesia.

Berdasarkan data KKHI Makkah, hipertensi masih menjadi penyakit paling banyak diderita jemaah yang berobat jalan, diikuti diabetes mellitus dan pneumonia. Sedangkan untuk rawat inap, pneumonia menjadi penyakit paling umum, diikuti PPOK dan penyakit jantung.

KKHI Makkah juga telah melakukan evakuasi sebanyak 164 jemaah. Dari jumlah tersebut, 12 jemaah dievakuasi ke Bandara Jeddah, 4 jemaah ke Bandara Madinah, dan 77 jemaah ke KKHI Madinah. Selain itu, ada tiga jemaah yang di-tanazul akhir dan 68 jemaah di-tanazul awal.

Selain KKHI Mekkah, operasional pelayanan kesehatan di 11 sektor oleh Tim Emergency Medical Sector (TEMS) dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang (kloter) oleh Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) juga telah berakhir.

Pelayanan kesehatan di sektor telah melakukan deteksi dini kepada 30.751 jemaah, emergency response terhadap 1.013 jemaah, merujuk ke KKHI Makkah sebanyak 178 pasien, merujuk langsung ke RSAS sebanyak 109 pasien, dengan kasus yang mendominasi adalah hipertensi dan pneumonia.

Untuk pelayanan kesehatan di kloter yang dilakukan oleh 1.643 Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), terdiri dari 550 dokter dan 1.093 perawat. Mereka tergabung dalam 550 kloter sesuai SK No:HK.01.07/MENKES/561/2024.

Secara keseluruhan, tenaga kesehatan di kloter telah memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan kepada 132.946 jemaah, serta telah merujuk sebanyak 35 jemaah kepada klinik sektor, 461 jemaah ke KKHI Makkah, dan 398 jemaah ke RSAS. Berdasarkan data dari pelayanan kesehatan di kloter, penyakit terbanyak yang diderita adalah influenza atau ISPA, terutama setelah puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armunza).

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui nomor hotline Halo Kemenkes 1500-567, SMS 081281562620, dan alamat email [email protected].

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

Source link