Warga Palestina memasak di depan bangunan keluarga mereka yang hancur akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza di desa Khuza.
JENEWA – Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza. Dia mengatakan bahwa ada sekitar 1 juta warga Gaza yang mengalami kelaparan.
“Saat ini, setidaknya 1 juta warga Palestina di Jalur Gaza, setengah dari mereka adalah anak-anak, kelaparan, bukan karena bencana alam atau karena kurangnya bantuan yang menunggu di perbatasan, bukan. Mereka kelaparan karena Israel sengaja menggunakan kelaparan sebagai senjata perang melawan penduduk yang didudukinya,” kata al-Maliki dalam pernyataannya di kantor PBB di Jenewa, Swiss.
Di acara tersebut, al-Maliki juga mengatakan bahwa komunitas internasional telah gagal melindungi warga Palestina.
Sementara itu, seorang pejabat Israel membantah tudingan al-Maliki tentang kesengajaan Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza. Dia menegaskan bahwa Israel tidak menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Pejabat Israel mengeklaim negaranya mendorong peningkatan pengiriman makanan ke Gaza dari Rafah, Mesir. Dia menyalahkan kelambanan di perbatasan Mesir-Gaza sebagai penyebab minimnya bantuan pangan yang memasuki Gaza.
Saar ini, Israel tengah meningkatkan serangan udara di wilayah selatan Gaza, termasuk Rafah yang berdekatan dengan perbatasan Mesir. PBB menyampaikan bahwa tidak ada tempat aman di Gaza.
Menurut PBB, sekitar 1,9 juta orang atau 85 persen dari populasi Gaza telah kehilangan tempat tinggal. Sebagian dari mereka bahkan kehilangan tempat bernaung lebih dari satu kali.
Sejauh ini, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel sudah melewati 18.400 jiwa, sementara korban luka mencapai 50 ribu orang sejak Israel memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023.