Hamas mengatakan bahwa milisinya di Gaza siap menghadapi serangan Israel dengan “kekuatan penuh”. Ini dikatakan setelah militer Israel melakukan serangan udara dan darat terhadap kantong pemukiman Palestina tersebut.
Hamas yang menguasai Gaza juga mengatakan bahwa pejuangnya telah bentrok dengan pasukan Israel di daerah sekitar perbatasan. Hal ini terjadi setelah Israel melaporkan serangan intensif di Gaza.
Perusahaan telekomunikasi dan Masyarakat Palang Merah Palestina melaporkan bahwa serangan Israel menyebabkan jaringan internet dan telepon di Gaza berhenti berfungsi selama lebih dari 12 jam.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan dalam konferensi pers bahwa “selain serangan beberapa hari terakhir, pasukan darat sedang memperluas operasi mereka malam ini”. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan apakah invasi darat yang lama direncanakan akan dimulai.
Militer Israel juga mengklaim telah membunuh kepala sayap pasukan udara Hamas yang terlibat dalam merencanakan serangan pada tanggal 7 Oktober di selatan Israel. Pasukan Udara Israel mengatakan telah menembak Asem Abu Rakaba, kepala Pasukan Udara Hamas yang bertanggung jawab atas drone, paralayang, dan pertahanan udara Hamas.
Hamas menegaskan bahwa Netanyahu dan pasukannya tidak akan mampu meraih kemenangan militer. Pasukan darat Israel diketahui berkumpul di luar Gaza setelah Israel melakukan kampanye pengeboman udara yang intens sejak serangan tanggal 7 Oktober. Israel mengklaim bahwa dalam serangan tersebut, Hamas telah membunuh sekitar 1.400 orang yang sebagian besar adalah warga sipil dan menawan lebih dari 200 orang lainnya, termasuk warga negara asing atau berkewarganegaraan ganda.
Otoritas kesehatan Palestina mengatakan bahwa lebih dari 7.000 warga Palestina telah tewas akibat pengeboman Israel sejak saat itu. Al Jazeera melaporkan bahwa serangan udara Israel juga menghantam daerah sekitar rumah sakit utama di Gaza, meskipun laporan ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Militer Israel menuduh bahwa Hamas menggunakan rumah sakit tersebut sebagai perisai untuk melakukan kegiatan terorisme, termasuk penggalian terowongan dan pusat operasi mereka. Namun, Hamas membantah tuduhan tersebut.