Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengakui bahwa dia sempat membahas isu kerusakan alam saat bertemu dengan Paus Fransiskus, pemimpin Katolik dunia, ketika dia menjadi juri Zayed Award for Human Fraternity (ZAHF 2024).
Megawati mengatakan diskusi tersebut dimulai ketika Paus memberikan kesempatan bagi para juri untuk mengajukan usulan. Megawati lantas menyampaikan situasi alam saat ini yang semakin rusak akibat ulah manusia.
“Saya angkat tangan, saya bilang, ‘Bapak, sekarang ini manusia sedang melakukan perang dengan apa yang diberi oleh Allah. Yaitu merusak alam kita sendiri,'” ujar dia yang kini menjabat Ketua Dewan Pengarah BRIN dan BPIP.
Paus Fransiskus langsung menanggapi dengan mengatakan, “You are right,” menyambut pendapat Megawati.
Megawati kemudian menyoroti berbagai tindakan yang memicu kerusakan, seperti pohon-pohon yang ditebang. Dia juga mengungkapkan bahwa umat manusia masa kini tidak mau melihat kondisi di sekitarnya. Ia bahkan menyinggung orang-orang yang hanya memerhatikan fakir miskin dengan kata-kata.
Cerita tersebut disampaikan Megawati setelah menjadi juri ajang penghargaan ZAHF 2024. Dalam penghargaan tersebut, dua organisasi Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, menerima ZAHF 2024.
Penghargaan itu diumumkan oleh Sekjen Muslim Elders Council/Sekjen ZAHF Hakim Mohamed Abdelsalam dan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova, waktu Uni Emirat Arab.
Upacara penghargaan untuk para penerima juga telah digelar di Founder’s Memorial, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Selain NU dan Muhammadiyah, ZAHF 2024 juga memberikan penghargaan kepada ahli bedah jantung dari Mesir Sir Magdi Yacoub. Kemudian, pemimpin rakyat kecil dari Chili, Suster Nelly Leon Correa, pun menerima penghargaan tersebut.
Dalam penghargaan itu, Megawati turut menjadi salah satu juri, bersama dengan Kardinal Leonardo Sandri (Prefect Emeritus of the Holy See Dicastery for Oriental Churches), Rebeca Grynspan Mayufis (Secretary General of the United Nation Conference on Trade and Development/UNTAC), dan Mantan Director General of UNESCO Irina Bokova.