Proses evakuasi santri korban ambruknya musalah Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo berjalan lambat, menimbulkan kekecewaan keluarga korban. Mereka merasa frustrasi karena tim SAR Gabungan tidak bekerja dengan optimal dan alat yang digunakan tidak maksimal. Pada Jumat, suasana tegang terjadi saat proses pencarian korban berlangsung hingga hari kelima. Keluarga santri mulai merasa tidak puas dengan kinerja tim evakuasi yang dianggap terlalu lambat.
Pukul 16.28 WIB, ketegangan meningkat ketika keluarga santri berusaha membantu proses evakuasi dengan menuju lokasi reruntuhan bangunan. Namun, upaya mereka dicegah oleh petugas kepolisian karena lokasi dianggap sangat berbahaya. Keluarga berharap partisipasi mereka dalam mengangkat puing-puing bangunan dapat mempercepat penemuan santri yang masih belum ditemukan. Salah satu anggota keluarga menuntut agar Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, turut bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, menjelaskan bahwa tim terus bekerja untuk membongkar bangunan yang ambruk secara bertahap. Saat ini, proses evakuasi terus berlangsung namun keluarga korban mulai merasa geram dengan keterlambatan evakuasi dan harapannya agar proses evakuasi dapat ditingkatkan agar korban segera ditemukan.



