Home Berita Pangeran MBS Khawatir Akan Mengalami Nasib Seperti Anwar Sadat karena Berusaha untuk...

Pangeran MBS Khawatir Akan Mengalami Nasib Seperti Anwar Sadat karena Berusaha untuk Melakukan Normalisasi dengan Israel

0

IKLAN


PON XXI Pekan Olahraga Nasional ACEH-SUMUT 8-20 September 2024 dari Bank Aceh

Pangeran Mohammed bin Salman.

IKLAN



Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengaku khawatir akan potensi ancaman pembunuhan terhadap dirinya terkait kesepakatan perdamaian dengan Israel. Pangeran MBS dikutip Politico, Rabu (14/8/2024), berbicara kepada anggota Kongres AS bahwa hidupnya dalam bahaya karena upayanya menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

IKLAN



MBS membandingkan situasinya saat ini dengan mantan presiden Mesir, Anwar Sadat yang dibunuh setelah menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Kepada Politico, dilansir Turkiye Today, dia mempertanyakan langkah yang Amerika Serikat (AS) ambil dalam melindungi Sadat, menjadi ilustrasi betapa seriusnya risiko yang dia hadapi saat ini.

IKLAN



Ketakutan MBS khususnya terkait dengan konflik Israel-Palestina, yang meningkatkan ketegangan di kawasan, khususnya setelah perang di Gaza pecah. Dia menekankan bahwa kesepakatan damai apapun harus termasuk sebuah jalan menuju pendirian Negara Palestina, sambil berargumen bahwa mengabaikan kemerdekaan Palestina bisa merusak perannya sebagai pemegang kekuasaan di Arab Saudi dan menambah destabilisasi Timur Tengah.

IKLAN



“Warga Saudi peduli akan hal ini (Palestina merdeka), jalan-jalan di Timur Tengah peduli akan hal ini, dan kepemimpinan saya sebagai pemilik situs suci Islam (Arab Saudi) tidak akan aman jika saya tidak peduli akan masalah keadilan yang paling penting di kawasan.”

IKLAN



Meski dalam bahaya, MBS bertekad untuk terus maju dalam proses menuju perdamaian, karena ia melihat hal itu sangat penting bagi masa depan Saudi. Proposal perjanjian dalam negosiasi rahasia, diduga meliputi penciptaan hubungan diplomatik dengan Israel, yang imbalannya adalah jaminan keamanan dari AS, dukungan program nuklir, dan investasi ekonomi.

Namun, perjanjian damai dengan Israel itu menghadapi tantangan besar, terutama keengganan Israel atas berdirinya negara Palestina.

 

Sumber: Republika

IKLAN



Exit mobile version