Jakarta, 14 Juni 2024
Banyak jemaah haji yang mengalami batuk pilek di tengah cuaca panas terik Arab Saudi. Hal ini perlu mendapat perhatian, terutama saat memasuki puncak haji yang melibatkan pergerakan jemaah ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Jemaah haji diimbau untuk menjaga imunitas tubuhnya agar tetap sehat dalam menjalankan ibadah haji.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Liliek Marhaendro Susilo, Ak M.M. mengimbau para jemaah untuk tetap rajin minum air putih minimal 200 ml per jam, termasuk bagi mereka yang sedang batuk pilek. Air putih dapat dicampur dengan oralit untuk membantu rehidrasi tubuh.
Meskipun rangkaian ibadah haji di puncak musim terbilang padat, jemaah diharapkan tidak melewatkan waktu makan dan tetap istirahat yang cukup. Jika merasa kurang sehat, jemaah dapat segera menghubungi petugas kesehatan di kloter masing-masing.
“Jangan lupa minum air putih 200 ml per jam. Bisa ditambahkan oralit. Makan makanan bergizi yang disediakan panitia dan cukup istirahat 6-8 jam per hari,” pesan Liliek di Jakarta, ditulis Jumat (14/6).
“Dianjurkan pakai masker dan minum vitamin, ya. Bagi yang memiliki penyakit komorbid, minum obat teratur. Bila ada keluhan, hubungi dokter kloter atau ke pos satelit.”
Kebutuhan obat-obatan, seperti obat flu yang sangat dibutuhkan jemaah haji, masih tersedia di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan stok yang dibawa oleh petugas kesehatan. Kemenkes RI terus memantau dan memastikan ketersediaan obat untuk penanganan jemaah haji mencukupi.
“Obat-obatan masih cukup, termasuk obat flu. Kami monitor jumlah ketersediaan masing-masing jenis obat,” lanjut Liliek.
Bagi jemaah haji yang sakit dan tidak memungkinkan untuk ke Arafah, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan menyediakan layanan safari wukuf. Safari wukuf dilakukan kepada jemaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
KKHI Makkah menyediakan 10 bus, 4 unit untuk jemaah berbaring dengan kapasitas 6-8 orang, dan 6 unit bus dengan kapasitas 25 orang untuk pelaksanaan safari wukuf.
Safari wukuf juga diperuntukkan bagi jemaah lansia non mandiri yang difasilitasi oleh Bidang Layanan Lansia dan Disabilitas Kementerian Agama RI.
Pada pelaksanaan safari wukuf, Kapuskes Haji Liliek mengatakan, petugas kesehatan melakukan medical check up untuk jemaah dengan risiko tinggi kesehatan.
“Tujuannya, menyeleksi jemaah, mana yang perlu disafariwukufkan, mana yang bisa diikutkan rombongan kloternya. Ada proses skrining untuk melihat potensi, apakah jemaah tersebut mesti safari wukuf, atau diikutkan rombongannya atau mungkin dibadalkan,” terangnya.
Prosesi safari wukuf, yakni jemaah diberangkatkan ke Arafah dengan pendampingan petugas. Jemaah salat Zuhur dijamak dengan Ashar, kemudian diberikan khutbah wukuf di bus masing-masing.
“Setelah prosesi wukuf selesai, jemaah dibawa kembali ke KKHI. Jemaah safari wukuf sakit tidak bermalam (mabit) di Muzdalifah, lontar jumrah dan tahapan haji selanjutnya dibadalkan oleh petugas,” sambung Liliek.
*Pemantauan Kesehatan Selama Puncak Haji*
Menurut Kapuskes Haji Liliek Marhaendro Susilo, pemantauan kesehatan jemaah haji, khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi, terus dilakukan secara intensif oleh petugas kesehatan selama masa puncak haji. Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) terus memantau jemaah dengan riwayat penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
“Di tiap kloter terdapat satu dokter dan dua perawat yang memantau kesehatan di kloter. TKHK secara khusus memantau 30 jemaah yang berisiko tinggi dan memastikan jemaah yang memiliki berisiko tinggi berat agar lontar jumrahnya diwakilkan,” terangnya.
Untuk memudahkan akses layanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia, tim petugas kesehatan disiagakan di berbagai titik lokasi sepanjang rangkaian proses puncak haji.
“Pertama, persebaran tim petugas kesehatan ada di setiap kloter. Di tiap kloter, seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, terdapat satu dokter dan dua perawat,” Liliek menjelaskan.
“Kedua, di Arafah, tepatnya di Pos Kesehatan Arafah dan 6 pos satelit. Ketiga, di Muzdalifah itu tersebar di 11 pos kesehatan. Terakhir, di Mina, tepatnya di Pos Kesehatan Mina dan 5 pos Jamarat atas.”
Penanganan Kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan saat puncak haji yang melibatkan pergerakan jemaah ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) telah dipersiapkan dengan matang.
Selain tiga TKHK yang terdiri dari satu dokter dan dua perawat, tim kesehatan juga bersiaga di Arafah, dengan Pos Kesehatan Arafah sebagai pusatnya dan dibantu oleh 6 pos kesehatan satelit.
“Bila terdapat kegawatdaruratan di kloter, TKHK dapat memberikan penanganan kesehatan. Jika membutuhkan penanganan lebih lanjut triase merah, TKHK dapat menghubungi Tenaga Emergensi Medis Sektor (TEMS) di Pos Satelit untuk dibantu penanganan dan rujukan menggunakan ambulans ke RS East Arafah,” ungkap Kapuskes Liliek.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email [email protected]
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik
Siti Nadia Tarmizi, M.Epid