Prabowo Subianto

HomeBeritaIsrael Menginginkan Pembentukan Zona Penyangga untuk Mencegah Serangan Hamas di Masa Depan

Israel Menginginkan Pembentukan Zona Penyangga untuk Mencegah Serangan Hamas di Masa Depan

DUBAI – Israel menginformasikan kepada beberapa negara Arab mengenai keinginan adanya zona penyangga di sisi perbatasan Gaza. Tujuannya utamanya adalah untuk mencegah serangan Hamas dari Gaza pada masa mendatang.

Beberapa sumber di Pemerintah Mesir dan beberapa negara Arab lainnya mengungkapkan bahwa keinginan Israel ini merupakan bagian dari proposal yang hendak diwujudkan setelah perang dengan Hamas saat ini berakhir.

Menurut tiga sumber di kawasan, Israel telah menyampaikan rencananya tersebut kepada negara tetangga terdekat, Mesir dan Yordania. Selain itu, proposal ini juga disampaikan ke Uni Emirat Arab (UEA) yang telah memulai normalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 melalui Abraham Accord.

Mereka juga menyatakan bahwa Arab Saudi diberi informasi mengenai rencana ini oleh Israel, meskipun keduanya tidak memiliki hubungan diplomatik. Tak diketahui bagaimana proposal ini bisa sampai ke Riyadh. Negara lain yang mendapat informasi tersebut adalah Turki.

“Israel menginginkan zona penyangga antara Gaza dan Israel dari utara hingga selatan guna mencegah Hamas atau kelompok lainnya menyusup atau menyerang,” ujar seorang pejabat keamanan nasional, salah satu dari tiga sumber di atas, Jumat (1/12/2023).

Mesir, Saudi, Qatar, dan Turki belum memberikan respon ketika ditanya mengenai rencana Israel itu. Demikian pula dengan sejumlah pejabat Yordania. Seorang pejabat UEA juga tidak merespons secara langsung ketika ditanya apakah Abu Dhabi ditanya mengenai zona penyangga ini.

“UEA akan mendukung rancangan apapun pascaperang kelak jika memang disepakati berbagai pihak berkepentingan untuk mencapai stabilitas dan negara Palestina,” ujar pejabat tersebut. Israel lebih jauh menjelaskan mengenai rencana zona penyangga ini.

Ophir Falk, penasihat luar negeri Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan, “Rencana ini lebih detail dibandingkan itu, merujuk pada tiga tahapan proses.” Ia menuturkan, zona penyangga kemungkinan menjadi bagian dari proses demiliterisasi.

Ia menolak menyampaikan detailnya ketika ditanya apakah rancangan itu telah dibicarakan dengan sekutu internasionalnya termasuk negara-negara Arab.

Inisiatif Israel ini tak mengindikasikan berakhirnya serangan Israel yang kembali terjadi pada Jumat (1/12/2023) setelah sepekan gencatan senjata. Proposal itu menunjukkan Israel melibatkan para mediator negara Arab mengenai apa yang diinginkan setelah perang di Gaza.

Tak satupun negara Arab menunjukkan keinginan untuk mengawasi atau mengelola Gaza pada masa depan. Mereka justru mengecam serangan Israel yang telah menyebabkan kematian 15 ribu warga Gaza dan membuat mereka mengungsi.

Israel sebelumnya mempertimbangkan zona penyangga di dalam Gaza, tetapi sejumlah sumber menyatakan, sekarang Israel menyampaikan rencananya ke negara Arab sebagai bagian dari rencana keamanan masa depan di Gaza. Pasukan Israel mundur dari Gaza pada 2005.

Seorang pejabat AS mengungkapkan, Israel telah mengembangkan ide zona penyangga tanpa memberitahukan kepada siapapun. Namun, ia menegaskan bahwa Washington berulang kali menentang rencana apapun yang menyusutkan wilayah Palestina.

Yordania, Mesir, dan negara Arab lainnya menyampaikan kekhawatirannya bahwa Israel ingin mengeluarkan Gaza dari wilayah Palestina, sebagaimana saat mereka membentuk negara dengan merampas tanah Palestina pada 1948.

Seorang pejabat senior keamanan Israel menuturkan bahwa ide zona penyangga sedang dalam pengujian. Ia mengaku belum jelas sejauh mana zona ini kelak diwujudkan, apakah 1 km atau 2 km di dalam wilayah Gaza atau jarak lebih pendek atau panjang.

Pengubahan batas wilayah di Gaza, yang memiliki panjang 40 km dan lebar antara 5 km dan 12 km, akan membuat warga Gaza yang berjumlah 2,3 juta menghuni wilayah yang lebih sempit lagi. Dua sumber keamanan Mesir menyinggung pula soal zona penyangga ini.

Mereka menyatakan bahwa Israel menyampaikan ide zona penyangga saat pembicaraan mediasi dengan Mesir dan Qatar mengenai perlucutan senjata di Gaza utara dan membentuk zona penyangga di wilayah utara itu dengan pengawasan internasional.