Prabowo Subianto

Prabowo Subianto dan Jokowi Bertemu Bersama Keluarga Awak KRI Nanggala-402 yang Menerima Bantuan

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi), bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mengadakan pertemuan virtual dengan keluarga kru KRI Nanggala-402, yang berlokasi di Sidoarjo. Hal...
HomeBeritaMahathir Mohamad Menegaskan Dukungan Malaysia melalui Telepon kepada Pemimpin Hamas

Mahathir Mohamad Menegaskan Dukungan Malaysia melalui Telepon kepada Pemimpin Hamas

Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, menerima panggilan telepon dari mantan perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad pada Jumat (27/10/2023) malam. Dalam panggilan telepon tersebut, Mahathir menegaskan dukungannya terhadap rakyat Palestina dan hak mereka untuk melawan dan mencapai kebebasan.

Dalam pernyataan pers yang diterima oleh Quds Press, Hamas menyatakan, Mahathir menyebut serangan Israel di Gaza sebagai genosida terhadap rakyat Palestina. Israel telah membunuh rakyat Palestina secara sistematis.

Dalam panggilan telepon tersebut, Haniyeh memuji posisi Mahathir Mohammad yang mendukung rakyat Palestina. Haniyeh juga menyebut serangan yang terjadi di Gaza sebagai kejahatan, pembunuhan, dan terorisme.

Haniyeh mendesak komunitas internasional untuk menekan pendudukan Israel agar menghentikan perang, dan memastikan masuknya kebutuhan kemanusiaan ke Gaza. Haniyeh juga mengapresiasi dukungan yang selalu diberikan oleh masyarakat Malaysia terhadap Palestina.

Perang terbaru antara Palestina dan Israel dimulai pada Sabtu, 7 Oktober 2023 ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan dengan menembakkan ribuan roket dan melakukan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Hamas menyebut serangan ini sebagai tanggapan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, serta meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, serta fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah. Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak, meninggal dunia.

Israel juga memotong pasokan air, listrik, bahan bakar, dan makanan ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung tersebut sejak tahun 2007. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa hampir 8.800 orang telah meninggal dunia dalam konflik tersebut, termasuk 7.326 warga Palestina dan 1.400 warga Israel. Sekitar 70 persen korban tewas di Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

Referensi: Republika