Perdana Menteri China, Li Keqiang, berbicara pada pembukaan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) di Aula Besar Rakyat di Beijing pada tanggal 5 Maret 2023.
BEIJING – Mantan Perdana Menteri China, Li Keqiang, yang meninggal dunia akibat serangan jantung pada Jumat (27/10/2023), dikenal sebagai salah satu perwakilan sayap reformis. Pada tahun 2020, ia memicu perdebatan tentang kemiskinan dan kesenjangan pendapatan dengan menyatakan bahwa 600 juta penduduk China hanya mendapatkan 140 dolar AS per bulan.
Beberapa intelektual dan kelompok liberal elit China mengungkapkan keterkejutan mereka mendengar berita kematian Li Keqiang. Melalui aplikasi kirim-menerima pesan WeChat, mereka menyatakan bahwa China kehilangan teladan ekonomi liberal, dan beberapa bahkan mengatakan bahwa kematian Li menandai berakhirnya era pendukung ekonomi pasar bebas dalam politik China.
“Li Keqiang mungkin dikenang sebagai pendukung pasar yang lebih bebas dan sebagai penolong mereka yang kurang beruntung, tapi ia akan paling dikenang dari apa yang bisa terjadi,” kata Wen-Ti Sung, seorang pakar ilmu politik dari Australian National University.
Di sisi lain, Alfred Wu, seorang dosen dari Lee Kuan Yew School of Public Policy, mengatakan, “Orang seperti Li tidak lagi ada dalam politik China.” Wu menyatakan bahwa Li memiliki pengaruh yang lebih sedikit dibandingkan dengan perdana menteri China sebelumnya, Zhu Rongji dan Wen Jiabao.
Adam Ni, seorang pengamat politik independen di China, menggambarkan Li sebagai “seorang perdana menteri yang tidak berdaya ketika China mengambil keputusan yang sangat menyimpang dari reformasi dan keterbukaan”.
Profil Li Keqiang yang dirilis pada tahun 2014 oleh media China menjadi viral lagi setelah berita kematian Li diumumkan. Media pemerintah memuji Li sebagai “seorang pemecah tembok yang tenang dan tangguh”, dengan menekankan kekerasan dan keteguhannya dalam mendorong reformasi ekonomi.
Kebersihan Li yang kerap terlihat saat ia mengunjungi lokasi bencana dan interaksinya yang ramah dengan masyarakat biasa juga disorot oleh media pemerintah China.
Beberapa pengguna media sosial menyebut sebuah lagu berjudul “Maaf, bukan kamu”, yang merujuk pada Xi Jinping. Lagu tersebut menjadi viral saat mantan Presiden Jiang Zemin meninggal pada November tahun lalu sebelum akhirnya disensor.
Sumber: Reuters, Republika