TEHERAN – Panglima Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri mengatakan, kelompok Hamas telah membangun terowongan bawah tanah sepanjang lebih dari 400 kilometer di wilayah Gaza utara. Dia memperingatkan, Israel bakal mengalami kekalahan memalukan dalam operasi daratnya ke Gaza.
“Di bagian utara Gaza, apa yang dilaporkan oleh para pejuang (Palestina) adalah mereka telah membangun terowongan sepanjang lebih dari 400 kilometer. Kendaraan dan sepeda motor dapat melewati beberapa di antaranya,” ungkap Bagheri, dilaporkan kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim, Selasa (31/10/2023).
Dia menambahkan, terowongan tersebut memiliki pintu masuk di Jalur Gaza. “Sementara ujung lainnya berada di belakang pembatas dan pasukan (Israel),” ujarnya.
Bagheri mengklaim, pasukan Israel menunda invasi daratnya ke Gaza karena mereka sadar bahwa operasi semacam itu akan membuatnya kalah dan dipukul mundur. “Para pejuang Palestina siap menghadapi serangan darat Israel,” kata Bagheri menegaskan.
Sementara itu pada Selasa lalu militer Israel mengungkapkan, pasukan mereka terlibat pertempuran sengit dengan Hamas di dalam Jalur Gaza. “Dua tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza utara,” kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.
Rekaman video IDF menunjukkan tank dan buldoser lapis baja Israel menelusuri jejak tanah yang dipenuhi bom. Para tentara Israel memeriksa bangunan-bangunan yang sudah hancur untuk mengetahui apakah terdapat anggota Hamas atau orang-orang yang disandera Hamas. Saat ini Hamas diyakini menyandera lebih dari 200 orang, terdiri dari warga Israel dan warga asing. Mereka ditawan ketika Hamas melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Meski operasi pertempuran darat telah diluncurkan Israel sejak Jumat (27/10/2023) pekan lalu, tapi mereka masih terus menggempur Gaza dengan serangan udara. Hingga berita ini ditulis, lebih dari 8.500 warga Gaza telah terbunuh sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Sedikitnya 3.500 dari korban jiwa di Gaza adalah anak-anak.
Pada Senin (30/10/2023) lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, dia menolak gencatan senjata di Jalur Gaza. “Seruan gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah pada Hamas, menyerah pada terorisme, menyerah pada barbarisme. Ini tidak akan terjadi,” ujarnya.
Dia kemudian menganalogikan serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu seperti ketika Jepang menyerang Pearl Harbour dalam Perang Dunia II. “Sama seperti Amerika Serikat yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pemboman Pearl Harbour atau setelah serangan 11 September (2001), Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober 2023,” ucap Netanyahu.
Sumber: Republika