Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan bahwa gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza adalah tentang hidup dan mati. Dalam pernyataannya pada Rabu (1/11/2023), UNRWA menggambarkan pengeboman Israel yang tak henti terhadap wilayah yang diblokade sebagai tindakan yang mengejutkan. Dengan tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya, badan tersebut menyebut tragedi kemanusiaan di Gaza sangat tidak tertahankan. UNRWA juga mengatakan bahwa serangan Israel telah memaksa ribuan orang untuk meninggalkan rumah mereka di Gaza. Lebih dari 670.000 orang mencari perlindungan di hampir 150 fasilitas UNRWA yang penuh sesak, dan mereka menghadapi kondisi kemanusiaan yang semakin buruk serta risiko kesehatan dan perlindungan yang parah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku terkejut dengan serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Gaza dan mengutuk pembunuhan warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak. Melalui juru bicaranya, Guterres menegaskan bahwa semua pihak harus mematuhi hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional, termasuk prinsip-prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kehati-hatian. Guterres mengutuk setiap pembunuhan terhadap warga sipil dan mendesak diakhirinya kekerasan di Gaza. Selain itu, Guterres juga mendesak pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang saat ini ditahan di Gaza, serta masuknya bantuan kemanusiaan penting dalam skala yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Palestina yang semakin meningkat.
Militer Israel telah melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza, yang menjadi pusat konflik antara Israel dan kelompok Hamas Palestina. Lebih dari 10.300 korban jiwa telah terjadi dalam konflik ini, termasuk 8.796 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel. Konflik ini juga menyebabkan banyaknya pengungsi dan menipisnya pasokan bahan pokok bagi 2,3 juta penduduk Gaza karena blokade Israel.