Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mencatat adanya 8.644 titik panas terdeteksi di Kalimantan Barat sepanjang Mei hingga akhir Juli 2025. Sebagian besar titik panas tersebut berada di area konsesi perkebunan sawit dan hutan tanaman industri. Kabupaten Sanggau, Mempawah, Sambas, Landak, dan Ketapang merupakan lima kabupaten dengan jumlah hotspot tertinggi. Dari total titik panas, sekitar 2.652 ditemukan di dalam konsesi perusahaan perkebunan, dengan beberapa perusahaan memiliki jumlah titik api tertinggi seperti PT Perkebunan Nusantara XIII, PT Kapuas Palm Industri, Sumatera Unggul Makmur, PT Global Kalimantan Makmur, dan Mitra Austral Sejahtera.
Selain itu, terdapat 1.061 hotspot tersebar di 54 perusahaan dengan konsesi izin Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH). Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah menjadi masalah tahunan yang menunjukkan kegagalan pemerintah dalam menangani persoalan tersebut. WALHI menyoroti bahwa penanganan karhutla lebih banyak menyasar individu atau petani kecil daripada perusahaan, yang seharusnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar.
Dengan adanya potensi musim kemarau panjang, ancaman karhutla di Kalimantan Barat diprediksi belum berakhir. WALHI mendorong pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh izin usaha perkebunan dan kehutanan serta memperkuat kapasitas deteksi dini, sistem pemantauan, dan restorasi ekosistem gambut. Penegakan hukum terhadap perusahaan yang terlibat dalam karhutla juga harus dilakukan untuk mencegah kerugian ekologis yang lebih besar di masa depan.
