Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil – Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak merupakan hak dasar manusia, namun di daerah terpencil Indonesia, kenyataan ini masih jauh dari harapan. Di tengah kondisi geografis yang menantang dan keterbatasan infrastruktur, Bappenas memiliki peran penting dalam memastikan pengelolaan sumber daya air yang efektif.
Bagaimana kinerja Bappenas dalam menjalankan tugasnya? Apakah program dan kebijakan yang diterapkan berhasil meningkatkan akses air bersih di wilayah terpencil?
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi penting untuk mengukur keberhasilan program dan kebijakan yang telah dijalankan. Evaluasi ini juga dapat mengidentifikasi hambatan dan peluang untuk meningkatkan akses air bersih dan sanitasi di wilayah terpencil, serta mendorong terwujudnya keadilan dan keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya air.
Peran Bappenas dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Bappenas, sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, memiliki peran krusial dalam mengelola sumber daya air di Indonesia, khususnya di daerah terpencil. Bappenas bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan, strategi, dan program untuk memastikan akses air bersih dan sanitasi yang layak bagi seluruh masyarakat, termasuk di wilayah terpencil yang seringkali terabaikan.
Kebijakan dan Program Bappenas untuk Akses Air Bersih
Bappenas telah menjalankan berbagai program dan kebijakan untuk meningkatkan akses air bersih dan sanitasi di daerah terpencil. Salah satu program yang signifikan adalah Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat di daerah pedesaan melalui pendekatan partisipatif dan berkelanjutan.
Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Terpencil
Meskipun Bappenas telah berupaya keras, masih terdapat sejumlah tantangan dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil. Tantangan ini meliputi:
- Keterbatasan infrastruktur dan teknologi, terutama di wilayah yang sulit dijangkau.
- Kurangnya sumber daya manusia yang terampil dan ahli dalam pengelolaan sumber daya air.
- Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
- Keterbatasan akses pendanaan untuk proyek-proyek pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil.
Strategi Bappenas dalam Mengatasi Tantangan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Bappenas telah menerapkan berbagai strategi, antara lain:
- Meningkatkan investasi dalam infrastruktur dan teknologi pengelolaan air, dengan fokus pada teknologi yang ramah lingkungan dan mudah diakses di daerah terpencil.
- Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan, khususnya di bidang pengelolaan sumber daya air.
- Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, dengan melibatkan berbagai pihak seperti tokoh masyarakat, agama, dan organisasi masyarakat.
- Membangun kemitraan dengan berbagai stakeholders, seperti pemerintah daerah, swasta, dan organisasi non-pemerintah, untuk meningkatkan akses pendanaan dan memperkuat sinergi dalam pengelolaan sumber daya air.
Program Bappenas untuk Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Terpencil
Nama Program | Tujuan | Target | Indikator Keberhasilan |
---|---|---|---|
Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) | Meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi masyarakat di daerah pedesaan | Meningkatkan cakupan akses air minum dan sanitasi di daerah terpencil | Peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki akses air minum dan sanitasi layak |
Program Pengembangan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (PIABS) | Meningkatkan ketersediaan dan kualitas air bersih dan sanitasi di daerah terpencil | Meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki akses air bersih dan sanitasi layak | Peningkatan jumlah penduduk yang memiliki akses air bersih dan sanitasi layak |
Program Konservasi Sumber Daya Air | Melindungi dan melestarikan sumber daya air di daerah terpencil | Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya air di daerah terpencil | Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya air di daerah terpencil |
Kondisi Sumber Daya Air di Daerah Terpencil
Daerah terpencil, dengan geografis yang menantang dan aksesibilitas yang terbatas, seringkali menghadapi permasalahan serius dalam hal ketersediaan, kualitas, dan aksesibilitas sumber daya air. Ketersediaan air yang tidak menentu, kualitas air yang terkontaminasi, dan infrastruktur yang kurang memadai menjadi tantangan utama dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di wilayah ini.
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi sorotan, terutama dalam konteks peningkatan kualitas hidup masyarakat. Upaya Bappenas dalam meningkatkan akses terhadap energi di daerah terpencil, seperti yang tertuang dalam Peran Bappenas dalam meningkatkan akses terhadap energi di daerah terpencil , diharapkan dapat berdampak positif terhadap pengelolaan sumber daya air.
Dengan tersedianya energi yang memadai, teknologi pengolahan air dan irigasi dapat diterapkan secara optimal, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan akses air bersih bagi masyarakat di daerah terpencil.
Ketersediaan Sumber Daya Air
Ketersediaan sumber daya air di daerah terpencil sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti iklim, topografi, dan curah hujan. Di beberapa wilayah, sumber air permukaan seperti sungai dan danau dapat menjadi sumber utama air, namun di daerah kering, ketergantungan pada air tanah menjadi sangat tinggi.
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi sorotan, terutama dalam konteks ketersediaan air bersih untuk kebutuhan dasar masyarakat. Hal ini tak lepas dari pentingnya akses terhadap air bersih bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Menariknya, Bappenas juga telah menggulirkan program untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan di daerah terpencil, yang mana keberhasilannya dapat dilihat dari Evaluasi program Bappenas dalam meningkatkan akses terhadap pendidikan di daerah terpencil.
Dengan demikian, evaluasi terhadap kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil perlu dikaji lebih lanjut untuk memastikan efektivitasnya dalam mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan di wilayah tersebut.
Ketersediaan air tanah yang terbatas dan kualitas air yang terkontaminasi seringkali menjadi masalah utama.
Kualitas Sumber Daya Air
Kualitas air di daerah terpencil seringkali terancam oleh berbagai faktor, termasuk pencemaran limbah domestik, industri, dan pertanian. Kurangnya infrastruktur sanitasi dan pengolahan air limbah menyebabkan pencemaran air permukaan dan air tanah. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam pertanian juga dapat mencemari sumber air, mengancam kesehatan masyarakat dan ekosistem.
Aksesibilitas Sumber Daya Air
Aksesibilitas sumber daya air di daerah terpencil merupakan tantangan besar. Jarak yang jauh, infrastruktur yang kurang memadai, dan kurangnya investasi dalam sistem penyediaan air bersih menyebabkan sebagian besar penduduk di wilayah ini tidak memiliki akses air bersih yang layak. Hal ini berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan perekonomian masyarakat.
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi sorotan, terutama dalam konteks pencapaian target MDGs. Evaluasi keberhasilan Bappenas dalam mencapai target MDGs menunjukkan bahwa akses air bersih dan sanitasi menjadi salah satu aspek yang masih membutuhkan perhatian serius.
Keberhasilan dalam menyediakan akses air bersih di daerah terpencil bukan hanya soal pembangunan infrastruktur, namun juga tentang keberlanjutan dan pemeliharaan sistem yang terbangun. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Bappenas dalam memastikan keberlanjutan akses air bersih di daerah terpencil.
Data Statistik Kondisi Sumber Daya Air di Daerah Terpencil
Indikator | Persentase |
---|---|
Penduduk dengan akses air bersih | 30% |
Tingkat pencemaran air permukaan | 70% |
Tingkat kekeringan | 50% |
Dampak Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi
Kurangnya akses air bersih dan sanitasi di daerah terpencil memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Penyakit diare, tifus, dan kolera menjadi ancaman serius, terutama bagi anak-anak. Kondisi ini juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan pendidikan, serta meningkatkan angka kemiskinan.
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi sorotan, terutama dalam kaitannya dengan sektor pertanian. Pasokan air yang memadai menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di wilayah terpencil. Ketersediaan air irigasi dan air bersih untuk konsumsi ternak sangat berpengaruh terhadap hasil panen dan kesejahteraan petani.
Dampak kebijakan Bappenas terhadap sektor pertanian di daerah terpencil telah menjadi bahan kajian mendalam , mengingat ketersediaan air menjadi salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan program pembangunan pertanian di wilayah terpencil. Oleh karena itu, evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil perlu dilakukan secara komprehensif untuk memastikan efektivitas program dan kebijakan yang diterapkan.
Contoh Kasus Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Terpencil
Di Kabupaten X, program pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat berhasil meningkatkan akses air bersih dan sanitasi bagi penduduk desa. Melalui pelatihan dan pendampingan, masyarakat dilibatkan aktif dalam pengelolaan sumber air dan infrastruktur sanitasi. Program ini juga melibatkan pemerintah daerah dan organisasi non-pemerintah dalam penyediaan dana dan teknologi.
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi sorotan, mengingat pentingnya akses air bersih bagi masyarakat. Selain fokus pada infrastruktur, Bappenas juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, seperti yang dijelaskan dalam artikel Peran Bappenas dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.
Hal ini menunjukkan komitmen Bappenas dalam membangun masyarakat yang sejahtera, yang mencakup aspek kesehatan dan pendidikan. Kembali ke isu sumber daya air, Bappenas perlu memastikan bahwa program-program yang dirancang dapat menjangkau daerah terpencil dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sana.
Hasilnya, tingkat akses air bersih meningkat dari 20% menjadi 50%, dan angka kejadian diare menurun secara signifikan.
Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air: Evaluasi Kinerja Bappenas Dalam Mengelola Sumber Daya Air Di Daerah Terpencil
Pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil merupakan tantangan besar yang membutuhkan pendekatan strategis dan terpadu. Tantangan ini meliputi keterbatasan akses, infrastruktur yang minim, dan pengetahuan masyarakat yang terbatas. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi yang efektif dan berkelanjutan, yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan keadilan dalam akses dan pemanfaatan sumber daya air.
Identifikasi Strategi Efektif, Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil
Strategi pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil harus berfokus pada keberlanjutan dan keadilan. Hal ini berarti memastikan bahwa sumber daya air tersedia untuk generasi mendatang dan didistribusikan secara adil kepada semua pengguna. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
- Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna: Penggunaan teknologi tepat guna seperti sistem penyaringan air, irigasi tetes, dan pemanfaatan air hujan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan mengurangi pemborosan.
- Konservasi Air: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air melalui edukasi dan kampanye, serta penerapan teknik konservasi seperti penanaman pohon dan pengelolaan lahan yang baik.
- Pengelolaan Tata Guna Lahan: Mengatur tata guna lahan secara terencana untuk mencegah erosi dan degradasi tanah yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumber daya air.
- Peningkatan Infrastruktur: Membangun infrastruktur dasar seperti sumur bor, bendungan kecil, dan sistem irigasi yang dapat menjangkau daerah terpencil.
Contoh Penerapan Teknologi dan Inovasi
Teknologi dan inovasi berperan penting dalam meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil. Beberapa contoh penerapan teknologi dan inovasi yang dapat dipertimbangkan adalah:
- Sistem Penyaringan Air: Penggunaan teknologi penyaringan air seperti filter air sederhana atau sistem filtrasi membran dapat meningkatkan kualitas air dan mengurangi risiko penyakit yang terkait dengan air.
- Irigasi Tetes: Sistem irigasi tetes dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dengan meminimalkan penguapan dan kebocoran, serta mengoptimalkan penggunaan air untuk tanaman.
- Pemanfaatan Air Hujan: Pembangunan sistem penampungan air hujan dapat membantu menyediakan sumber air alternatif di daerah yang mengalami kekeringan.
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Masyarakat memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil. Partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan, pemeliharaan infrastruktur, dan pengawasan penggunaan air sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan keadilan dalam pengelolaan sumber daya air.
- Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Masyarakat harus dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya air, sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi mereka.
- Pemeliharaan Infrastruktur: Masyarakat harus diberi peran dalam pemeliharaan dan perawatan infrastruktur air, seperti sumur bor, bendungan kecil, dan sistem irigasi, untuk memastikan keberlanjutan dan kelancaran operasionalnya.
- Pengawasan Penggunaan Air: Masyarakat harus berperan aktif dalam mengawasi penggunaan air di lingkungan mereka, untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan distribusi air yang adil.
Program Pemberdayaan Masyarakat
Untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, perlu dilakukan program pemberdayaan masyarakat yang komprehensif. Program ini dapat meliputi:
- Edukasi dan Pelatihan: Memberikan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi air, teknik pengelolaan air, dan cara memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan.
- Pembentukan Kelompok Pengelola Air: Membentuk kelompok pengelola air di tingkat desa atau komunitas, yang bertugas mengelola dan mengawasi sumber daya air di wilayah mereka.
- Pengembangan Sistem Informasi: Menyediakan akses informasi kepada masyarakat tentang data sumber daya air, kondisi air, dan kebijakan pengelolaan air, sehingga mereka dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang lebih informed.
Diagram Alir Pengelolaan Sumber Daya Air
Diagram alir berikut menunjukkan proses pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil, dari hulu hingga hilir:
Tahap | Proses | Keterangan |
---|---|---|
Hulu | Pengumpulan dan Pengolahan Air | Penangkapan air hujan, pengolahan air permukaan, dan pengolahan air tanah. |
Midstream | Distribusi dan Pemanfaatan Air | Penyaluran air ke pengguna, irigasi, air minum, dan kegiatan lainnya. |
Hilir | Pengolahan Air Limbah | Pengolahan air limbah domestik dan industri untuk mengurangi pencemaran air. |
Evaluasi Kinerja Bappenas
Kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menjadi sorotan penting dalam upaya mencapai akses air bersih dan sanitasi yang layak bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk menilai efektivitas program dan strategi yang diterapkan, diperlukan metode evaluasi yang komprehensif dan objektif.
Evaluasi kinerja Bappenas dapat membantu mengidentifikasi keberhasilan, kekurangan, dan peluang untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil.
Metode Evaluasi Kinerja Bappenas
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil. Metode-metode ini dapat dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
- Analisis Dokumen:Melibatkan studi terhadap dokumen-dokumen terkait program Bappenas, seperti rencana strategis, laporan pelaksanaan, dan data statistik. Metode ini membantu dalam memahami tujuan, strategi, dan capaian program.
- Survei Lapangan:Melakukan survei langsung ke daerah terpencil untuk mengumpulkan data primer tentang kondisi sumber daya air, akses air bersih, dan sanitasi. Metode ini memberikan informasi terkini tentang kondisi di lapangan dan dampak program Bappenas.
- Wawancara dengan Stakeholder:Melakukan wawancara dengan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah (NGO) untuk mendapatkan perspektif yang beragam tentang kinerja Bappenas.
- Analisis Kuantitatif:Menggunakan data kuantitatif, seperti statistik akses air bersih, cakupan sanitasi, dan jumlah penduduk yang terlayani, untuk menilai efektivitas program Bappenas dalam meningkatkan akses air bersih dan sanitasi.
Indikator Keberhasilan Program Bappenas
Indikator keberhasilan program Bappenas dalam meningkatkan akses air bersih dan sanitasi di daerah terpencil dapat diukur dengan beberapa aspek berikut.
- Peningkatan Akses Air Bersih:Diukur dengan persentase penduduk di daerah terpencil yang memiliki akses air bersih yang layak, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
- Peningkatan Cakupan Sanitasi:Diukur dengan persentase penduduk di daerah terpencil yang memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet dan tempat pembuangan air limbah.
- Peningkatan Kesehatan Masyarakat:Diukur dengan penurunan angka penyakit yang terkait dengan akses air bersih dan sanitasi, seperti diare dan penyakit kulit.
- Peningkatan Kualitas Hidup:Diukur dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil, seperti peningkatan pendapatan dan tingkat pendidikan.
Studi Kasus Evaluasi Kinerja Bappenas
Sebagai contoh, studi kasus evaluasi kinerja Bappenas dalam pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil dapat dilakukan di wilayah [nama wilayah] yang memiliki karakteristik geografis dan sosial ekonomi tertentu. Studi ini dapat melibatkan analisis data sekunder dari Bappenas, data primer dari survei lapangan, dan wawancara dengan stakeholder terkait.
Hasil evaluasi dapat menunjukkan tingkat keberhasilan program Bappenas dalam meningkatkan akses air bersih dan sanitasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan program tersebut.
Rekomendasi untuk Meningkatkan Kinerja Bappenas
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja, beberapa rekomendasi dapat diberikan untuk meningkatkan kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil. Rekomendasi ini dapat mencakup:
- Peningkatan Koordinasi dan Kolaborasi:Meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara Bappenas dengan pemerintah daerah, NGO, dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring program.
- Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia:Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di daerah terpencil dalam mengelola sumber daya air dan sanitasi, melalui pelatihan dan pendampingan.
- Peningkatan Alokasi Anggaran:Meningkatkan alokasi anggaran untuk program pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil, dengan prioritas pada daerah yang paling membutuhkan.
- Pengembangan Teknologi Tepat Guna:Mengembangkan dan menerapkan teknologi tepat guna untuk pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil, seperti teknologi pengolahan air dan sanitasi yang ramah lingkungan dan mudah diakses.
- Peningkatan Partisipasi Masyarakat:Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring program pengelolaan sumber daya air di daerah terpencil.
Hasil Evaluasi Kinerja Bappenas
Aspek yang Dievaluasi | Metode Evaluasi | Hasil Evaluasi | Rekomendasi |
---|---|---|---|
Akses Air Bersih | Survei Lapangan, Analisis Data Sekunder | [Tulis hasil evaluasi, contoh: Peningkatan akses air bersih di [nama wilayah] sebesar 10% dalam 5 tahun terakhir] | [Tulis rekomendasi, contoh: Meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur air bersih di daerah terpencil] |
Cakupan Sanitasi | Survei Lapangan, Analisis Data Sekunder | [Tulis hasil evaluasi, contoh: Peningkatan cakupan sanitasi di [nama wilayah] sebesar 5% dalam 5 tahun terakhir] | [Tulis rekomendasi, contoh: Meningkatkan program edukasi dan penyuluhan tentang sanitasi bagi masyarakat di daerah terpencil] |
Kesehatan Masyarakat | Analisis Data Sekunder | [Tulis hasil evaluasi, contoh: Penurunan angka penyakit diare di [nama wilayah] sebesar 20% dalam 5 tahun terakhir] | [Tulis rekomendasi, contoh: Meningkatkan program pemantauan dan pencegahan penyakit yang terkait dengan akses air bersih dan sanitasi] |
Kualitas Hidup | Wawancara dengan Stakeholder | [Tulis hasil evaluasi, contoh: Peningkatan kualitas hidup masyarakat di [nama wilayah] tercermin dari peningkatan pendapatan dan tingkat pendidikan] | [Tulis rekomendasi, contoh: Meningkatkan program pemberdayaan masyarakat di daerah terpencil, seperti program pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan pendapatan] |
Ringkasan Terakhir
Evaluasi kinerja Bappenas dalam mengelola sumber daya air di daerah terpencil menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Peningkatan koordinasi antar lembaga, partisipasi aktif masyarakat, dan pemanfaatan teknologi yang tepat sasaran dapat menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan akses air bersih dan sanitasi yang layak bagi seluruh penduduk Indonesia, termasuk di daerah terpencil.
Dengan komitmen dan strategi yang tepat, diharapkan Bappenas dapat berperan lebih efektif dalam menjamin keberlanjutan sumber daya air dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah terpencil.