BANDA ACEH – Amerika Serikat (AS) pada Ahad (29/9/2024) mengumumkan telah meningkatkan kekuatan militernya di Timur Tengah. Langkah itu disebut guna memperkuat dukungan udara dan kesiapan pasukan seiring dengan meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut. “Kami akan lebih memperkuat kemampuan dukungan pertahanan udara kami dalam beberapa hari ke depan,” kata juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder dalam sebuah pernyataan.
Pentagon juga telah meningkatkan kesiapan pasukan tambahan untuk pengerahan cepat jika diperlukan. “AS bertekad mencegah Iran dan mitra serta proksi yang didukung Iran dari memanfaatkan situasi ini atau memperluas konflik,” tambah Ryder, menekankan bahwa setiap serangan terhadap personel atau kepentingan AS oleh Iran atau proksinya akan dihadapi dengan “setiap langkah yang diperlukan.”
Pengumuman itu disampaikan bersamaan dengan penempatan jet tempur tambahan, termasuk F-22, F-15E, F-16, dan A-10, sebagai bagian dari upaya AS untuk memperkuat pertahanan udaranya.
Sejak 23 September, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran paling intensif terhadap Lebanon dalam hampir setahun terakhir, setelah bentrokan yang diperbarui dengan Hizbullah.
Serangan tersebut telah menewaskan 916 jiwa, termasuk wanita dan anak-anak serta melukai 2.709 lainnya, menurut data dari otoritas Lebanon.
Kekhawatiran akan terjadinya perang regional yang lebih luas semakin meningkat menyusul pembunuhan sejumlah pemimpin Hizbullah oleh Israel, terutama Sekretaris Jenderal kelompok tersebut Hassan Nasrallah. Hassan syahid dalam serangan udara pada Jumat di mana Israel dilaporkan menjatuhkan 85 ton bom di lingkungan Haret Hreik di Beirut, basis Hizbullah.
Kelompok Hizbullah Lebanon dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 orang menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.