WASHINGTON – Penelitian terbaru menemukan bahwa kebakaran hutan di Kanada tahun lalu menghasilkan lebih banyak karbon dioksida yang memerangkap panas ke udara dibandingkan pembakaran bahan bakar fosil yang dihasilkan India. Kebakaran itu menghanguskan hutan seluas 77.574 kilometer persegi.
Para ilmuwan dari World Resources Institute (WRI) dan University of Maryland menghitung dampak kebakaran yang berlangsung berbulan-bulan pada tahun 2023 itu pada udara di dunia. Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Global Change Biology pada Kamis (27/6/2024), kebakaran itu menghasilkan sekitar 2,98 miliar metrik ton karbon dioksida pemikat panas ke udara.
Para penulis penelitian tersebut mengatakan bahwa emisi karbon yang dihasilkan oleh kebakaran itu empat kali lebih banyak dari emisi industri penerbangan dalam satu tahun. Berdasarkan data Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (AS), jumlahnya sama dengan karbon dioksida yang dihasilkan oleh 647 juta mobil dalam satu tahun.
“(Hutan) banyak menangkap karbon dari atmosfer yang disimpan di ranting-ranting pohon, cabang-cabang pohon, daur dan juga akar pohon. Ketika itu semua terbakar semua karbon yang disimpan dikembalikan ke atmosfer,” kata ketua penulis penelitian ini, peneliti Global Forest Watch WRI James MacCarthy, Ahad (30/6/2024).
MacCarthy menambahkan bahwa ketika pohon-pohon tersebut tumbuh kembali, karbon dioksida yang dilepaskan saat kebakaran terjadi akan kembali ditangkap oleh hutan. “Jelas ini berdampak pada emisi skala global yang kita hasilkan pada tahun 2023,” katanya.
MacCarthy dan rekan-rekannya menghitung total luas hutan yang terbakar pada tahun 2023 adalah 77.574 kilometer persegi, enam kali lipat dibandingkan rata-rata kebakaran hutan di Kanada dari tahun 2001 sampai 2022. Angka yang disajikan MacCarthy menunjukkan bahwa kebakaran hutan di Kanada tahun lalu menyumbang 27 persen dari hilangnya tutupan pohon di seluruh dunia, biasanya hanya sekitar 6 persen.
Profesor geografi University of Maryland dan salah satu penulis penelitian tersebut, Alexandra Tyukavina, mengatakan bahwa kebakaran hutan Kanada tahun lalu lebih besar dari biasanya. Namun, para peneliti fokus pada hilangnya tutupan pohon yang memiliki dampak lebih besar.
“Hilangnya hutan sebanyak itu adalah masalah yang sangat besar, dan sangat mengkhawatirkan,” kata profesor geografi dan lingkungan dari Syracuse University, Jacob Bendix, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
“Meskipun pada akhirnya hutan akan tumbuh kembali dan menyerap karbon, prosesnya minimal akan memakan waktu puluhan tahun, sehingga ada jeda waktu yang cukup lama antara penambahan karbon di atmosfer akibat kebakaran hutan dengan penyerapan karbon oleh hutan yang tumbuh kembali,” katanya.
“Jadi, selama beberapa dekade tersebut, dampak kebakaran hutan itu kontribusi terhadap pemanasan iklim,” tambahnya.
Tyukavina mengatakan bahwa kebakaran hutan ini tidak hanya menambah gas yang memerangkap panas dan hilangnya tutupan pohon, tetapi juga menimbulkan konsekuensi kesehatan.
“Karena kebakaran dahsyat ini, kualitas udara di daerah-daerah berpenduduk dan kota-kota terpengaruh tahun lalu,” katanya.
Ia merujuk musim panas di New York City yang diselimuti kabut asap. Penelitian lain yang belum dipublikasikan dan ditinjau mengungkapkan bahwa lebih dari 200 komunitas dengan sekitar 232.000 penduduk harus dievakuasi.
Pakar kebakaran dari Thompson Rivers University di Kamloops, British Columbia, Mike Flannigan, mengatakan bahwa luas lahan yang terbakar mencapai dua kali lipat dari apa yang diteliti oleh MacCarthy dan Tyukavina.
“Musim kebakaran tahun 2023 di Kanada merupakan tahun yang luar biasa dalam kurun waktu yang lama,” kata Flannigan, yang tidak terlibat dalam penelitian WRI.
“Saya memperkirakan akan ada lebih banyak kebakaran di masa depan, namun tahun-tahun seperti 2023 akan jarang terjadi,” tambahnya.
Flannigan, Bendix, Tyukavina, dan MacCarthy mengatakan bahwa perubahan iklim berperan dalam kebakaran besar di Kanada. Flanigan mengatakan bahwa bumi yang lebih hangat berarti lebih banyak musim kebakaran, lebih banyak kebakaran yang disebabkan petir, dan terutama kayu dan semak-semak yang lebih kering yang mudah terbakar “terkait dengan peningkatan suhu.”