MOSKOW — Norwegia dan Yordania pada Jumat (28/6) meminta warga negara mereka untuk meninggalkan Lebanon serta tidak berkunjung ke negara itu. Pernyataan tersebut disampaikan di tengah risiko keamanan terkait kemungkinan konflik dengan Israel.
“Pada Oktober tahun lalu, Kementerian Luar Negeri Norwegia mendesak warga Norwegia untuk meninggalkan (Lebanon). Seruan ini masih relevan ….,” kata Kementerian Luar Negeri Norwegia.
“Kementerian Luar Negeri juga menyarankan untuk tidak berkunjung ke Israel jika tidak terlalu penting,” kata Kementerian Luar Negeri menambahkan.
Kementerian tersebut menganggap situasi di Lebanon tidak dapat diprediksi dan kemungkinan bisa memburuk dengan cepat.
Tembakan artileri, rudal, dan serangan pesawat tak berawak terjadi setiap hari di perbatasan Israel-Lebanon, yang dapat meningkat menjadi aksi militer besar-besaran.
Sementara itu melalui platform X, Kementerian Luar Negeri Yordania juga mendesak warga negaranya untuk “tidak berkunjung ke Republik Lebanon,” dengan alasan keamanan dan perkembangan di wilayah tersebut.
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah pertikaian antara Israel dan gerakan Palestina Hamas meningkat mulai Oktober 2023.
Tentara Israel dan pejuang Hizbullah gerakan Syiah Lebanon, yang mendukung Palestina dalam konflik dengan Israel, secara rutin baku tembak melintasi perbatasan sejak periode tersebut.
Pada 18 Juni, Israel mengatakan telah menyetujui dan memvalidasi rencana operasional serangan di Lebanon.
Sedangkan pada Kamis (27/6), media Politico dengan mengutip badan intelijen Amerika Serikat melaporkan bahwa bentrokan skala besar antara Israel dan Hizbullah bisa muncul dalam beberapa pekan mendatang.
Bentrokan itu, menurut laporan tersebut, bisa terjadi jika pihak Israel dan gerakan Palestina Hamas tidak mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
sumber : Antara
Sumber: Republika