Kejaksaan Agung (Kejagung) merasa bahwa putusan Majelis Hakim PN Surabaya yang membebaskan Gregorius Ronald Tannur, putra politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dalam kasus pembunuhan dan penganiayaan terhadap Dini sangat janggal. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Harli Siregar, mempertanyakan dasar pertimbangan vonis bebas yang diberikan oleh Majelis Hakim. Menurutnya, Majelis Hakim terkesan mengabaikan bukti-bukti di lapangan, seperti rekaman CCTV yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Harli menyebut bahwa putusan Hakim yang menyatakan bahwa kematian korban Dini disebabkan oleh konsumsi alkohol dan bukan oleh tindakan terdakwa terdengar aneh. Menurutnya, pengaruh alkohol tidak bisa langsung menyebabkan kematian, harus ada pemicu lain yang menyebabkan korban tewas. Harli juga mengatakan bahwa Hakim seharusnya mempertimbangkan bahwa terdakwa melakukan pemukulan dan melindas korban sebelum korban tewas.
Lebih lanjut, Hakim menilai bahwa Ronnald masih berusaha memberikan pertolongan kepada korban di saat korban mengalami kondisi kritis, seperti membawa korban ke rumah sakit. Majelis Hakim menilai bahwa tidak ada bukti yang cukup meyakinkan bahwa Ronnald melakukan pembunuhan atau penganiayaan yang berujung pada kematian korban.