JAKARTA — Menteri Lingkungan Hidup Kolombia dan Presiden Pertemuan Keanekaragaman Hayati PBB COP16, Susana Mohamad, mengatakan bahwa dunia harus berdamai dengan alam atau berisiko menghadapi konflik global seperti perang di Gaza.
Pertemuan di Kolombia pada bulan Oktober ini bertujuan untuk menegosiasikan langkah-langkah implementasi pertemuan Kunming-Montreal 2022.
Perjanjian tersebut mirip dengan Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim. Namun, fokusnya adalah pada penurunan drastis keanekaragaman hayati di seluruh dunia.
Berdasarkan laporan lembaga nirlaba WWF tentang perubahan iklim, deforestasi, penurunan populasi, dan kerusakan habitat telah menurunkan 69 persen keanekaragaman hayati di seluruh dunia sejak tahun 1970.
Mohamad menegaskan bahwa “perang melawan alam” meningkatkan konflik di seluruh dunia. Namun, dia tidak memberikan detail hubungan antara keduanya.
Menurut Mohamad, institusi multilateral tidak siap menghadapi tantangan baru seperti perubahan iklim. Dia berpendapat bahwa lembaga internasional harus direformasi atau dunia akan terjerat dalam kekerasan.
Prioritas Kolombia dalam COP16 termasuk pembahasan yang “intens” tentang reformasi sistem keuangan global agar negara berkembang dapat berkomitmen kuat pada lingkungan tanpa harus berutang.
Negara-negara diwajibkan mengajukan target keanekaragaman hayati sebelum COP16 digelar. Kolombia akan bekerja sama dengan PBB untuk memastikan komitmen-komitmen ini sesuai dengan target Perjanjian Kungming-Montreal tahun 2023.
Kolombia juga ingin melibatkan partisipasi masyarakat adat dan komunitas tradisional dalam prosesnya dengan mengadakan tiga pra-pertemuan yang memberi mereka kesempatan untuk berinteraksi dengan pemerintah.
Sumber: Republika