Pada Selasa (30/4/2024) kemarin dilaporkan bahwa tentara Israel bersiap untuk menginvasi Rafah di Jalur Gaza selatan dalam waktu 72 jam jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai.
Pengamat Timur Tengah, Yon Mahmudi mengatakan bahwa serangan Israel ke Rafah akan menjadi kesalahan fatal bagi Israel. Dunia internasional hampir secara bulat menolak adanya serangan terhadap Kota Rafah di perbatasan tersebut karena terdapat banyak pengungsi yang terjebak di wilayah tersebut.
Amerika Serikat pun tidak memberikan lampu hijau bagi Israel untuk melancarkan serangan ke Rafah. Namun, saat terjadi eskalasi antara Israel dan Iran, terdapat kesepakatan yang memberikan keleluasan bagi Israel untuk melakukan serangan terbatas ke Rafah, asal tidak ada serangan balik kepada Iran.
Apabila serangan dilakukan dan mengakibatkan banyak korban, hal tersebut dapat menjadi akhir dari pemerintahan kelompok garis keras di Israel yang dipimpin oleh Netanyahu. Kebanyakan negara Barat ingin terjadinya gencatan senjata dan melihat serangan terhadap Rafah sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB.
Israel tampaknya tidak mau mengikuti keputusan PBB dan Amerika memberikan tekanan bahwa keputusan PBB tersebut tidak mengikat. Hal ini menunjukkan standar ganda yang dilakukan oleh Amerika dan Israel dalam mengakui otoritas PBB.
Pengamat ini menegaskan bahwa negara besar seperti Amerika saja tidak mau mematuhi PBB, maka tidak mungkin negara-negara lain akan melakukannya. Hal ini merupakan contoh buruk yang menunjukkan pelanggaran terhadap hukum internasional.
Media Israel melaporkan bahwa tentara Israel siap untuk menginvasi Rafah dalam 72 jam jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai. Kepala Staf militer Israel, Herzi Halevi, sudah merencanakan serangan terakhir ke Rafah dengan memindahkan warga sipil ke wilayah di Jalur Gaza tengah.
Sumber: Republika (https://internasional.republika.co.id/berita/scx1l7320/israel-akan-serang-rafah-boomerang-dan-kesalahan-fatal-bagi-negara-zionis-itu)