spot_img

Prabowo Subianto

Efek Negatif Jika Matikan Mesin Motor Matic dengan Standar

Saat ini, kebanyakan motor dilengkapi dengan fitur Side Stand Switch yang berfungsi untuk melindungi mesin dan memberikan keamanan tambahan saat standar samping diturunkan. Namun,...
HomeBeritaMasuk ke Rafah Tidak Akan Membantu Israel, Mereka Sudah Kekalahannya

Masuk ke Rafah Tidak Akan Membantu Israel, Mereka Sudah Kekalahannya

TEL AVIV — Mantan jenderal Israel Defense Force (IDF) dan pakar militer Israel, Yitzhak Brik, mengatakan kepada situs berita Maariv bahwa negaranya harus mengumumkan akhir dari perang. Israel juga harus mengakui kekalahan.

IKLAN

Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah

“Israel harus menyatakan perang telah berakhir, kami telah menarik pasukan kami dari Gaza, tidak mungkin untuk menghancurkannya sepenuhnya, dan memasuki Rafah tidak akan membantu. Seperti yang kita ketahui, kami kalah,” kata Brik, dikutip dari Middle East Monitor, Senin (22/4/2024)

IKLAN

Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Brik juga mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang menyerah pada tekanan dari menteri ekstrem dalam pemerintahannya.

IKLAN

Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Saya merasa dia lebih memilih pemerintah daripada mengakhiri perang, Netanyahu memanfaatkan tekanan dari (Menteri Keuangan Bezalel) Smotrich dan (Itamar) Ben-Gvir, dan meskipun dia menyadari kerugian yang akan terjadi, dia menerima itu,” kata Brik.

Brik juga menanggapi niat Iran setelah serangan langsung pertamanya terhadap Israel pekan lalu. Ia mengatakan bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir bukan untuk menghancurkan Israel, tetapi untuk mengimbangi kekuatan teror.

IKLAN

Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sebelumnya, Brik menyatakan bahwa Israel tidak siap untuk perang yang komprehensif dan tidak memiliki cukup pasukan darat untuk bertempur di medan yang berbeda. Ia juga mengatakan bahwa strategi perang seperti itu akan mengakibatkan kehancuran Israel.

Sementara itu, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyerukan agar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera mengundurkan diri. Desakan ini muncul setelah kepala Intelijen Militer mengundurkan diri karena gagal memprediksi serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Kepala Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Aharon Haliva, mundur pada Senin pagi. Ia mengakui bahwa gagal dalam memprediksi serangan Hamas.

“Pengunduran diri Kepala Intelijen Militer sepenuhnya dipahami dan dihormati. Mungkin sangat tepat bagi Perdana Menteri Netanyahu untuk mengikuti langkah yang sama,” tulis Lapid di media sosial X, seperti yang dilaporkan oleh Middle East Monitor pada Senin (22/4/2024).

Pada Ahad (21/4/2024), para pejabat kesehatan di Gaza melaporkan bahwa serangan Israel di Rafah, Gaza Selatan, menewaskan 22 orang, termasuk 18 anak-anak dan seorang ibu hamil. Serangan terjadi ketika Amerika Serikat berada dalam proses menyetujui bantuan militer tambahan bernilai miliaran dolar untuk Israel.

Serangan pertama Israel di Rafah menewaskan seorang pria, istrinya, dan anak mereka yang berusia tiga tahun, menurut Rumah Sakit Kuwait di dekatnya yang menerima jenazah korban.

“Ibu tersebut syahid saat sedang hamil, namun bayinya berhasil diselamatkan oleh tim medis rumah sakit,” kata juru bicara rumah sakit, dikutip dari Ahram Online pada Ahad (21/4/2024).

 

Sumber: Republika