MOSKOW – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melalui pernyataan resmi mengumumkan bahwa mereka telah mendeteksi benda udara yang mencurigakan di bagian selatan kota Eilat. Benda asing tersebut jatuh ke Teluk Eilat dan tidak ada korban cedera yang dilaporkan.
“Sirene berbunyi di Eilat setelah sasaran udara mencurigakan teridentifikasi melintas dari timur ke wilayah Israel. Sasaran tersebut jatuh di area Teluk Eilat. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, namun ada kerusakan ringan pada sebuah bangunan,” demikian pernyataan yang dikeluarkan pada hari Senin, seperti yang dilaporkan oleh Antara dari Sputnik News.
Pada tanggal 7 Oktober, gerakan Palestina Hamas meluncurkan serangan roket besar-besaran terhadap Israel. Pejuang Hamas berhasil menembus perbatasan dan menyerang pangkalan militer.
Israel merespons dengan melakukan serangan balasan termasuk memberlakukan blokade total terhadap Gaza. Pasukan Israel juga melancarkan serangan darat ke wilayah Palestina dengan tujuan untuk menghancurkan pejuang Hamas dan menyelamatkan sandera.
Hingga saat ini, lebih dari 32.700 orang telah tewas di Jalur Gaza dan lebih dari 74.500 orang terluka akibat kehancuran massal serta kekurangan kebutuhan pokok.
Israel dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari menyerukan Israel untuk menghentikan tindakan genosida dan memastikan bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga sipil di Gaza.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden secara diam-diam menyetujui pengiriman lebih banyak bom dan pesawat tempur baru untuk Israel dalam beberapa hari terakhir, menurut laporan yang diterbitkan pada Jumat, 29 Maret.
Senjata yang disetujui oleh Presiden AS pekan ini termasuk 1.800 bom MK84 berat 2.000 pon dan 500 bom MK82 berat 500 pon. Demikian disampaikan oleh pejabat Departemen Luar Negeri yang tidak disebutkan namanya kepada surat kabar Washington Post.
Departemen Luar Negeri AS juga menyetujui pengalihan 25 mesin dan jet tempur F-35A minggu lalu, kata seorang pejabat AS lainnya. Total nilai pesawat dan mesinnya diperkirakan mencapai 2,5 miliar dolar AS (sekitar 37,9 triliun rupiah).
Sumber: Sputnik/Antara (Sumber: Republika)