Panitia penyelenggara Salat Idul Fitri 1445 H di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Bantul meminta maaf atas kejadian khatib yang menyampaikan ceramah menyinggung dugaan kecurangan pemilu. Isi materi khutbah ini diduga menjadi pemicu sejumlah jamaah bubar lebih dulu pada Rabu (10/4) lalu.
Salat Idul Fitri di Lapangan Banguntapan diselenggarakan oleh panitia Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Tamanan. Khatib adalah seorang akademisi yang juga dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
“Kami mohon maaf untuk itu,” kata Ketua PHBI Tamanan, Sujendro Nugroho saat dihubungi, Jumat (12/4).
Menurut Sujendro, panitia tahun ini terlalu fokus pada kegiatan takbiran dan festival lomba menyambut Lebaran. Sementara itu, panitia juga kesulitan mencari khatib untuk Salat Idul Fitri karena para ustaz sudah terjadwal mengisi ceramah di tempat lain.
Sujendro mengaku sejak menjadi Ketua PHBI tahun 1987, tidak pernah ada persoalan seperti ini sebelumnya. Menurutnya, semua khatib dianggap sudah paham batasan materi ceramah Salat Idul Fitri.
Demikian pula, dosen yang bersangkutan sebelumnya juga sudah pernah diminta menjadi khatib oleh panitia PHBI Tamanan dan kala itu materi ceramahnya masih dianggap biasa saja.
Sujendro juga mengaku sebagai yang meminta sang khatib mengisi khutbah Salat Id.
“Saya tidak bertemu langsung, hanya melalui WhatsApp saat meminta beliau menjadi khatib karena waktunya sangat mepet,” ujarnya.
Sujendro juga mengaku tidak mencari tahu apa isi khutbah yang akan disampaikan. Ia menganggap khatib sudah tahu batasan karena sejak dulu tidak pernah ada kasus materi ceramah dipermasalahkan.
“Ya baru kali ini. Saya sendiri khilaf, saya mohon maaf,” kata Sujendro.
Saat sang dosen mulai menyampaikan materi ceramah bermuatan politik, Sujendro menyatakan tidak semua jamaah Salat Id di Lapangan Tamanan langsung angkat kaki. Sebagian tetap tinggal hingga khotbah selesai.
Setelah acara, Sujendro sendiri juga sudah menemui khatib secara pribadi dan menyampaikan agar tidak lagi memberikan ceramah bermuatan politik.
Kepada jajaran Kementerian Agama Bantul, melalui KUA Banguntapan, kata Sujendro, pihaknya juga sudah memberikan penjelasan dan bakal melakukan evaluasi agar permasalahan serupa tidak kembali terulang.
Sebelumnya, sebuah video viral di media sosial menampilkan momen jamaah ‘bubar jalan’ Salat Idul Fitri ketika khatib menyampaikan khotbah menyinggung kecurangan pemilu. Akun @merapi_uncover yang mengunggah video itu menyebut peristiwa ini terjadi di Lapangan Tamanan, Banguntapan, Bantul, DIY.
Dalam unggahan itu, terdapat dua video berdurasi pendek. Pertama, menampilkan sejumlah jamaah meninggalkan lapangan tempat Salat dan kedua, menunjukkan sosok khatib dengan ceramahnya yang menyinggung kecurangan pemilu melibatkan pejabat negara.
Kepala Kantor Kementerian Agama Bantul, Ahmad Shidqi, mengaku telah menerima laporan perihal kejadian ini dan meminta agar seluruh panitia penyelenggara Salat Id lain lebih berhati-hati ke depannya.
Ahmad menekankan bahwa Kementerian Agama Bantul sebelum Lebaran telah membuat dan mengedarkan panduan penyelenggaraan Salat Idul Fitri 1445 H sebagai tindak lanjut Surat Edaran Menag Nomor 1/2024.
Pada poin ke-5 panduan itu sudah diatur bahwa materi khotbah harus disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak boleh mengandung muatan politik praktis sesuai Surat Edaran Menag Nomor 9/2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.