WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) diluncurkan serangkaian serangan udara ke Irak dan Suriah pada Jumat (2/2/2024). Serangan tersebut ditujukan pada Korps Garda Revolusi Iran, Pasukan Quds, divisi operasi eksternal dari Garda Revolusi Iran, dan kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran. Ini adalah tindakan balasan AS atas kematian tiga tentara mereka dalam serangan pesawat nirawak di Yordania.
Komando Pusat AS (CENTCOM) mengungkapkan, serangan ke Irak dan Suriah dilakukan oleh sejumlah pesawat, termasuk pembom jarak jauh yang diluncurkan dari AS. Lebih dari 85 target terkena lebih dari 125 amunisi presisi.
CENTCOM mengatakan, fasilitas yang terkena serangan AS meliputi pusat komando dan kendali serta pusat intelijen, tempat penyimpanan roket, rudal, dan drone. Fasilitas rantai pasokan logistik serta amunisi kelompok milisi dan sponsor Garda Revolusi Iran yang memfasilitasi serangan terhadap pasukan AS dan koalisinya termasuk dalam target yang diserang.
Presiden AS Joe Biden mengungkapkan, serangan pada Jumat lalu itu hanya awal dari respons negaranya. “Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih. AS tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia. Namun biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti warga Amerika, kami akan membalasnya,” ujarnya, dikutip laman Anadolu Agency.
Pada Ahad (28/1/2024) lalu, serangan pesawat nirawak ke Tower 22 membunuh tiga tentara AS dan melukai sedikitnya 34 lainnya. Washington menuding kelompok milisi Perlawanan Islam (Islamic Resistance) yang berbasis di Irak mendalangi serangan tersebut. Perlawanan Islam, yang didukung Iran, mengakui bahwa mereka aktor di balik penyerangan ke Tower 22.
Pada Rabu (31/1/2024) lalu, Iran mengatakan ia akan dengan tegas merespons setiap serangan yang menargetkan wilayah atau kepentingannya. Di hari yang sama, Kepala Korps Garda Revolusi Iran Hossein Salami juga menyampaikan bahwa negaranya tidak takut terlibat peperangan dan konfrontasi dengan AS.
Terkait aksi serangan ke Tower 22 yang menewaskan tiga tentara AS, sejumlah senator AS menyerukan pemerintahan Biden meluncurkan serangan militer ke Iran.
Senator Partai Republik Tom Cotton mengatakan, “Satu-satunya jawaban terhadap serangan-serangan ini adalah pembalasan militer yang dahsyat terhadap pasukan teroris Iran, baik di Iran maupun di Timur Tengah.” Sedangkan Senator Partai Republik Lindsey Graham mengatakan bahwa “Satu-satunya hal yang dipahami rezim Iran adalah kekerasan.”
Di sisi lain, senator Partai Republik lainnya, Rick Scott mencela kelemahan AS di bawah kepemimpinan Joe Biden. “Iran secara terang-terangan mempertanyakan kekuatan dan tekad AS berkat sikap Biden yang menenangkan negara sponsor terorisme terbesar di dunia ini. Itu harus diakhiri,” ucapnya.
Senator Republik Dan Sullivan mengecam serangan yang membunuh tiga tentara AS di Yordania. “Proksi teroris Iran telah melampaui batas dengan dilaporkannya pembunuhan tiga anggota militer AS yang pemberani.”
Sementara itu, senator Partai Demokrat Jacky Rosen menyalahkan Iran dalam insiden tersebut. “(Iran) harus bertanggung jawab,” katanya.