Presiden Iran Ebrahim Raisi melakukan kunjungan ke pangkalan angkatan laut Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) di Bandar Abbas, Iran selatan, pada tanggal 2 Februari 2024.
TEHERAN — Presiden Iran Ebrahim Raisi menegaskan bahwa negaranya tidak akan memulai perang. Namun, Iran akan memberikan “respon keras” kepada siapapun yang mencoba mengganggunya.
Pernyataan Raisi ini disampaikan beberapa hari setelah spekulasi mengenai bagaimana Washington akan merespons kematian tiga personel militer dalam serangan di Yordania pekan lalu. Serangan tersebut dilakukan oleh kelompok milisi yang didukung oleh Iran.
Stasiun televisi CBS News mengutip pejabat AS yang menyatakan bahwa AS telah menyetujui rencana serangan beberapa hari di Irak dan Suriah terhadap berbagai target, termasuk personel dan fasilitas Iran di kedua negara tersebut.
“Kami tidak akan memulai perang apapun, tapi siapapun yang ingin mengganggu kami, mereka akan menerima respon keras,” kata Raisi dalam pidatonya yang disiarkan oleh stasiun televisi pada Jumat (2/2/2024).
“Sebelumnya, ketika mereka (Amerika) ingin berbicara dengan kami, mereka menyatakan bahwa opsi militer turut dipertimbangkan, kini mereka mengatakan tidak berniat berkonflik dengan Iran. Kekuatan militer Republik Islam di kawasan tidak akan pernah menjadi ancaman bagi negara manapun. Sebaliknya, kami akan menjamin keamanan negara-negara di kawasan yang dapat mempercayai dan mengandalkan kami,” tambahnya seperti yang dilansir oleh laman Reuters.
Empat orang sumber pemerintah AS mengatakan bahwa hasil asesmen AS menunjukkan bahwa drone yang menewaskan tiga tentara dan melukai 40 lainnya diproduksi oleh Iran. Para sumber juga mengatakan bahwa Garda Revolusi Iran menarik pejabatnya dari Suriah.
Iran telah mengirimkan perwira militer Garda Revolusi untuk menjadi penasihat angkatan bersenjata Irak dan Suriah, sementara AS memiliki sekitar 2.500 pasukan di Irak dan 900 pasukan di Suriah.
Sumber: Republika