BANDUNG – Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan bahwa Indonesia sedang menjalankan diplomasi ekonomi pada saat situasi dunia yang sulit saat ini. Meskipun begitu, diplomasi ekonomi Indonesia tetap mampu mencapai banyak hal yang nyata.
“Angka perdagangan Indonesia dengan dunia pada tahun 2014 adalah lebih dari USD 355 miliar. Pada tahun 2023, volume perdagangan pada bulan Januari-November mencapai lebih dari USD 439 miliar. Ini berarti naik hampir 24 persen dan menghasilkan surplus lebih dari USD 33 miliar,” kata Menlu Retno Marsudi dalam acara Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri RI (PPTM) 2024 di Gedung Merdeka, Bandung, Senin (8/1/2024).
Realisasi investasi asing juga mengalami peningkatan, dari sekitar USD 28,5 miliar pada tahun 2014. Pada periode Januari sampai September 2023, nilai investasi masuk sudah mencapai lebih dari USD 37 miliar, atau lebih dari 32 persen.
Indonesia juga melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan akses pasar dan mengurangi hambatan perdagangan. Ada 27 perjanjian perdagangan dan ekonomi yang berhasil diselesaikan dalam bentuk PTA, FTA, CEPA, dan RCEP, termasuk dengan Korea, Australia, Mozambik, PEA, dan Chile. Beberapa Protokol Perdagangan juga telah diselesaikan, terutama untuk produk pertanian dan perikanan.
Berbagai inisiatif baru juga dilakukan untuk memperkuat kemitraan ekonomi Indonesia di berbagai kawasan, termasuk dengan melibatkan sektor swasta. Dengan negara-negara di Afrika, misalnya, Indonesia membentuk Indonesia-Africa Forum dan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue.
“Diplomasi ekonomi juga diperkuat di forum PBB, G20, dan ASEAN yang melibatkan BUMN dan sektor swasta,” kata menteri luar negeri lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
Di G20 tahun 2022, Indonesia mengusulkan Concrete Deliverables G-to-G dengan 361 proyek senilai lebih dari USD 71 miliar. Dan, ini adalah inisiatif pertama yang terjadi di G20.
Ketika menjadi Ketua ASEAN tahun 2023, Indonesia memulai ASEAN-Indo-Pacific Forum yang menghasilkan 93 proyek kerja sama senilai lebih dari USD 38,2 miliar. Sebanyak USD 13,5 miliar di antaranya di bidang kesehatan, pengolahan mineral, dan keuangan milik swasta Indonesia.
Sumber: Republika