Prabowo Subianto

HomeBeritaDokter di Gaza Menyaksikan Warga Terjangkit Berbagai Penyakit

Dokter di Gaza Menyaksikan Warga Terjangkit Berbagai Penyakit

JAKARTA – Kehidupan warga Palestina di Gaza tidak hanya terancam oleh serangan Israel. Hancurnya tempat tinggal dan fasilitas kesehatan serta minimnya akses air bersih juga membuat mereka kini rentan terkena penyakit.

Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit di wilayah Khan Younis, Gaza, dr. Magdi Jamal, mengatakan rumah sakit tempatnya bekerja menangani pasien dengan jumlah tiga kali lipat lebih besar dari kapasitas normal. Tak sedikit pasien cedera akibat serangan udara yang harus diobati di lantai ruang UGD.

“Situasinya sangat mengerikan,” ujar dr. Jamal.

Dr. Jamal juga mengungkapkan bahwa saat ini ada semakin banyak warga Gaza yang jatuh sakit akibat beragam penyakit. Kelompok yang paling rentan terkena sakit adalah anak-anak dan lansia.

Salah satu penyakit yang paling banyak diderita warga Gaza saat ini adalah gastroenteritis akut atau muntaber, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), serta skabies atau kudis. Diare juga mengalami lonjakan yang signifikan di antara warga Gaza.

Selama November, terdapat lebih dari 30 ribu kasus diare yang ditemukan di Gaza. Kasus diare ini umumnya menyerang anak-anak berusia di bawah lima tahun. Sebagai perbandingan, kasus diare pada balita di Gaza biasanya hanya terjadi sekitar 2.000 kasus per bulan.

“(Diare) bisa disebabkan oleh bakteri, virus, parasit,” jelas dosen senior di bidang genomik dan penyakit menular dari University of Westminster, Dr. Manal Mohammed.

Di sisi lain, dr. Mohammed juga menyoroti kasus cedera atau luka akibat bom hingga serpihan bangunan yang dialami oleh warga Gaza. Dalam situasi perang, dr. Mohammed mengungkapkan luka seperti ini bisa dengan mudah terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap obat.

Dr. Mohammed juga mengungkapkan, ketersediaan vaksin untuk anak menjadi sangat sulit setelah 7 Oktober 2023. Kondisi ini dapat memicu timbulnya wabah penyakit yang mengancam kesehatan warga Gaza.

Dr. Jamal mengatakan, sebagian warga Gaza yang mengungsi ke Khan Younis juga mengidap penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan skabies. Penyakit-penyakit ini sebenarnya dapat dikelola dengan obat-obatan. Namun akses terhadap obat yang sangat terbatas membuat kondisi warga Gaza yang mengidap penyakit tidak menular jadi memburuk.

Besarnya jumlah korban tewas di Gaza juga membuat praktik penguburan massal menjadi hal yang sering dilakukan. Keberadaan kuburan massal ini dapat menjadi sumber masalah kesehatan tersendiri bagi warga Gaza. Terlebih, banyak warga Gaza yang melakukan proses penguburan massal ini tanpa alat pelindung diri.

“(Cairan yang keluar dari tubuh jenazah) dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi (berkembangnya) penyakit vector borne,” ujar dr. Mohammed.

Tak hanya itu, dr. Mohammed juga menyoroti masalah ketersediaan air bersih di Gaza. Menurut Mohammed, warga Gaza yang selamat dari serangan oleh Israel mungkin akan meninggal karena mengonsumsi air yang terkontaminasi.

“Perang adalah pemicu pembesaran penyakit. Perang juga dapat memicu wabah atau bahkan pandemi, karena pengungsi (dari wilayah perang) bisa membawa penyakit ke tempat lain,” ujar dr. Mohammed.

Sumber: Republika