London – Mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengakui bahwa pemerintahannya lambat dalam memahami skala krisis Covid-19. Namun, ia menolak pertanyaan apakah keputusannya berkontribusi pada tingginya angka kematian pandemic di negaranya.
Ketika bersaksi di bawah sumpah dalam penyelidikan publik Covid-19 di Inggris, Johnson mengakui, “Kami meremehkan skala dan kecepatan tantangan” ketika laporan tentang virus baru mulai muncul dari Cina pada awal 2020.
Dalam penyelidikan yang sama pekan lalu, Mantan Menteri Kesehatan Matt Hancock mengatakan bahwa dia mencoba meningkatkan kewaspadaan di pemerintahan, dengan mengatakan ribuan nyawa dapat diselamatkan dengan menerapkan penutupan lebih awal beberapa pekan sebelum tanggal 23 Maret 2020.
Inggris kemudian menjadi negara yang paling lama memberlakukan kebijakan karantina dan salah satu yang paling ketat di Eropa. Inggris juga salah satu negara dengan angka kematian akibat Covid-19 tertinggi di benua itu, dengan total kematian akibat Covid-19 sekitar lebih dari 232.000 orang.
Johnson mengakui bahwa pemerintah “melakukan kesalahan” tetapi menekankan kegagalan kolektif daripada kesalahannya sendiri. Ia mengatakan para menteri, pegawai negeri, dan penasihat ilmiah gagal membunyikan “lonceng peringatan yang cukup keras” tentang virus tersebut.
Diinterogasi oleh pengacara penyelidikan Hugo Keith, Johnson mengakui bahwa ia tidak menghadiri satu pun dari lima pertemuan krisis tentang virus baru pada Februari 2020 dan hanya “sekali atau dua kali” melihat notulen rapat dari penasihat ilmiah pemerintah. Dia mengatakan bahwa ia mengandalkan saran yang “disaring” dari para penasihat sains dan kedokteran.
Johnson memulai kesaksiannya dengan permintaan maaf “atas rasa sakit dan kehilangan serta penderitaan para korban COVID,” meskipun bukan untuk tindakannya sendiri.
Empat orang berdiri di pengadilan saat dia berbicara, mereka memegang papan bertuliskan: “Orang mati tidak bisa mendengar permintaan maaf Anda,” mereka akhirnya dikawal keluar oleh staf keamanan.
Dalam upaya menangani pandemi yang sangat sulit di mana kami harus menyeimbangkan bahaya di kedua sisi keputusan, kami mungkin telah membuat kesalahan,” kata Johnson.
“Tak pelak lagi, kami melakukan beberapa hal yang salah. Saya rasa kami telah melakukan yang terbaik pada saat itu,” katanya.
Sumber : AP
Sumber: Republika