Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, berharap kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai oleh Hamas dan Israel dapat memulai perundingan damai yang serius. Qatar menjadi mediator dalam negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Al-Thani mengucapkan terima kasih kepada Mesir dan Amerika Serikat (AS) karena mereka turut berperan dalam proses pencapaian kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. “Kami berharap kesepakatan ini akan mencapai perjanjian yang komprehensif dan berkelanjutan yang dapat mengakhiri perang dan pertumpahan darah, serta memulai perundingan serius untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan adil sesuai dengan resolusi internasional yang sah,” kata Al-Thani melalui akun resminya, Rabu (22/11/2023).
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Qatar mengungkapkan bahwa jeda kemanusiaan antara Israel dan Hamas akan berlangsung selama empat hari. “Waktu dimulainya jeda akan diumumkan dalam 24 jam ke depan dan akan berlangsung selama empat hari, dapat diperpanjang,” katanya. Dalam kesepakatan gencatan senjata, disepakati bahwa Hamas akan membebaskan 50 warga Israel, termasuk perempuan dan anak-anak, yang saat ini ditahan di Gaza. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Menurut Hamas, jumlah warga Palestina yang dibebaskan mencapai 150 orang.
Seorang juru bicara pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan setidaknya 50 sandera. Dia juga menyebut bahwa untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan, gencatan senjata akan diperpanjang selama satu hari. Namun, Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa gencatan senjata tidak berarti mengakhiri perang di Gaza. Mereka menegaskan bahwa pemerintah Israel dan pasukan keamanan akan terus berjuang untuk mengembalikan semua orang yang diculik, menghapus Hamas, dan memastikan tidak ada lagi ancaman terhadap Israel.
Pertempuran terbaru antara Hamas dan Israel terjadi sejak 7 Oktober 2023. Perang ini diawali dengan serangan roket dan operasi infiltrasi Hamas ke wilayah Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas juga menculik setidaknya 240 orang, termasuk warga Israel dan warga asing, kemudian membawa mereka ke Gaza. Sejak itu, Israel melancarkan agresi ke Gaza tanpa memberikan jeda kemanusiaan dalam serangannya. Hingga sebelum kesepakatan gencatan senjata tercapai, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 14.000 jiwa, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan. Sementara korban luka mencapai sekitar 33.000 orang.