Prabowo Subianto

Prabowo Subianto dan Jokowi Bertemu Bersama Keluarga Awak KRI Nanggala-402 yang Menerima Bantuan

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi), bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mengadakan pertemuan virtual dengan keluarga kru KRI Nanggala-402, yang berlokasi di Sidoarjo. Hal...
HomeBeritaGenosida Gaza dan Meningkatnya Desakan Boikot terhadap Israel

Genosida Gaza dan Meningkatnya Desakan Boikot terhadap Israel

Selama satu bulan terakhir, seruan untuk memboikot produk-produk Israel, termasuk perusahaan-perusahaan yang mendukung tindakan militer negara itu di Jalur Gaza, menyebar di berbagai platform media sosial, terutama X (Twitter). Seruan tersebut muncul seiring dengan semakin brutalnya agresi Israel ke Gaza, wilayah yang telah lama diblokir selama 16 tahun terakhir. Selama sebulan agresinya (7 Oktober-7 November 2023), Israel telah membunuh lebih dari 10 ribu warga Gaza, termasuk 4.200 anak-anak.

Khusus di Indonesia, perang terbaru antara Hamas dan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gerakan boikot Israel untuk membantu rakyat Palestina. Masyarakat mulai akrab dengan istilah boikot, divestasi, sanksi (BDS).

Pada 30 Oktober 2023, akun X Gerakan BDS di Indonesia (@GerakanBDS_ID) mulai mengunggah identitas beberapa perusahaan yang perlu di boikot karena mendukung Israel. Perusahaan seperti Starbucks, McDonald’s, Domino’s Pizza, Pizza Hut, Burger King, HP, Puma, dan Carrefour termasuk dalam daftar tersebut.

Banyak warganet di Indonesia mendukung gerakan boikot Israel dan mengajak untuk beralih menggunakan atau membeli produk lokal. Selain membantu masyarakat Palestina, langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pelaku UMKM di Indonesia.

Gerakan BDS terhadap Israel sudah ada sejak sebelum pecahnya perang antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023. Gerakan BDS dimulai pada Juli 2005 dan dikendalikan oleh Palestinian BDS National Committee (BNC).

Melalui situs resminya bdsmovement.net, BNC menjelaskan bahwa para penandatangan seruan BDS mewakili tiga komponen utama rakyat Palestina, yaitu para pengungsi di pengasingan, warga Palestina yang tinggal di bawah pendudukan di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta warga Palestina yang didiskriminasi di negara Israel.

BDS terinspirasi oleh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Tujuan utama kampanye BDS adalah memberi tekanan kepada Israel agar mengakhiri pendudukannya atas Palestina. Jalur pertama yang ditempuh adalah melalui boikot terhadap Israel dan perusahaannya yang terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap rakyat Palestina. Lembaga olahraga, budaya, kesenian, serta akademik Israel turut menjadi sasaran kampanye pemboikotan.

Jalur kedua adalah divestasi, yakni mendesak bank, dewan lokal, termasuk universitas, untuk menarik investasinya dari semua perusahaan Israel, termasuk perusahaan internasional yang terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap rakyat Palestina. Sementara jalur terakhir adalah sanksi, yang bertujuan mendesak pemerintah untuk memenuhi kewajibannya untuk menuntut pertanggungjawaban Israel.

Terdapat tiga tujuan utama dari gerakan non-kekerasan BDS yaitu: penghentian pendudukan dan kolonialisasi Israel terhadap Palestina, pengakuan hak-hak asasi warga Palestina di Israel, dan pengakuan hak-hak para pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah air mereka.