Washington – Dewan Keamanan PBB mengadakan sesi darurat untuk membahas situasi Palestina pada Senin (30/10/2023). Sebelumnya, Dewan Keamanan gagal mengadopsi empat resolusi yang meminta adanya jeda kemanusiaan di Jalur Gaza.
Sesi darurat terbaru ini diadakan atas permintaan Uni Emirat Arab (UEA) yang diajukan pada Sabtu (28/10/2023) sebagai tanggapan terhadap keputusan Israel untuk memperluas operasi pertempuran daratnya di Gaza.
Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Lazzarini, hadir dalam pertemuan ini untuk menyampaikan kondisi di Gaza. Dia mengungkapkan bahwa selama tiga minggu serangan Israel terhadap Gaza, hampir 3.200 anak-anak tewas. Angka ini melebihi jumlah anak-anak yang tewas setiap tahunnya di zona konflik sejak tahun 2019.
Lazzarini juga membahas tentang 64 staf UNRWA yang tewas selama serangan Israel terhadap Gaza. Namun, dia menekankan bahwa staf UNRWA yang lain masih melanjutkan tugas kemanusiaan mereka.
Dia juga menjelaskan tentang konvoi bantuan kemanusiaan yang mulai masuk ke Gaza melalui pintu penyeberangan Rafah. Meskipun demikian, Lazzarini mengatakan bahwa jumlah bantuan yang masuk masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan lebih dari 2 juta penduduk Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam kesempatan yang sama menolak gencatan senjata di Gaza. Dia mengatakan bahwa seruan gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah pada Hamas, terorisme, dan barbarisme. Netanyahu juga menganalogikan serangan Hamas ke Israel seperti ketika Jepang menyerang Pearl Harbour dalam Perang Dunia II.
Israel terus melancarkan serangan ke Jalur Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Senin lalu, jumlah korban jiwa akibat agresi Israel telah mencapai setidaknya 8.260 jiwa dengan ribuan orang lainnya luka-luka.
Sumber: Republika