Israel menolak pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza utara secara terbuka, demikian disampaikan oleh koordinator kemanusiaan dan residen PBB di Palestina, Lynn Hastings, pada Jumat (27/10/2023). Sebanyak 300.000-400.000 orang masih terlantar di Gaza utara. Hastings menyatakan bahwa pemerintah Israel sudah jelas menolak pengiriman bantuan ke wilayah tersebut. Oleh karena itu, staf PBB harus mengambil risiko keamanan untuk menyelamatkan nyawa dan memberikan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan.
Israel sebelumnya telah memerintahkan sekitar 1,1 juta penduduk Gaza utara untuk pindah ke Gaza selatan secepatnya pada tanggal 13 Oktober lalu. Namun, Hastings menegaskan bahwa lebih dari 1 juta orang warga Palestina di Gaza utara tidak dapat dipindahkan dengan mudah ke wilayah selatan karena adanya risiko pemboman, layanan penting yang tidak mencukupi, dan kurangnya tempat perlindungan yang aman.
Hastings menyatakan bahwa PBB harus dapat menyalurkan bantuan kepada warga di utara dan di mana pun masyarakat membutuhkannya. Sejak tanggal 7 Oktober, 74 truk bantuan telah memasuki Jalur Gaza dan diperkirakan akan ada delapan truk lagi yang masuk hari ini. Namun, jumlah tersebut tidak mencukupi mengingat sebelum konflik terjadi, 450 truk bantuan kemanusiaan dan 46 truk bahan bakar biasanya masuk ke Gaza setiap harinya.
Militer Israel juga melarang pasokan bahan bakar masuk ke Gaza, padahal bahan bakar sangat penting untuk kegiatan sehari-hari di Gaza, termasuk operasional rumah sakit. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak Israel untuk mengizinkan pengiriman bahan bakar dari Mesir sebagai bantuan kemanusiaan yang mendesak. Selain itu, Direktur Jenderal WHO juga menyatakan bahwa bahan bakar diperlukan untuk generator rumah sakit, ambulans, dan fasilitas desalinasi.
Sumber: Republika, Antara