Prabowo Subianto

Prabowo Terima Kunjungan Wakil PM Rusia: Diplomasi di Tanah Air

Kunjungan Wakil Perdana Menteri Pertama Federasi Rusia ke Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, menandai kesempatan untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua...
HomeBeritaKonflik di Perbatasan Myanmar Menciptakan Gejolak

Konflik di Perbatasan Myanmar Menciptakan Gejolak

Pemerintah Cina meminta Myanmar untuk bekerja sama dalam menjaga stabilitas di perbatasan kedua negara. Gelombang pertempuran antara pasukan junta dan pemberontak di Myanmar telah mengguncang wilayah tersebut.

Asisten Menteri Luar Negeri Cina, Nong Rong, mengatakan bahwa Myanmar perlu bekerja sama dengan Cina untuk menjaga stabilitas di sepanjang perbatasan serta melindungi nyawa dan harta benda penduduk perbatasan Cina. Cina juga meminta Myanmar untuk mengambil langkah-langkah efektif dalam memperkuat keamanan personel Cina.

Militer Myanmar yang berkuasa mengatakan bahwa mereka sedang berusaha memulihkan ketertiban di dekat perbatasan setelah aliansi tentara etnis minoritas melancarkan serangkaian serangan terkoordinasi terhadap junta. Namun, pada akhir pekan lalu, terjadi insiden di mana satu warga negara Cina tewas dan beberapa lainnya terluka akibat peluru yang ditembakkan oleh militer Myanmar melewati perbatasan.

Nong mengharapkan Myanmar dapat memulihkan stabilitas dan mendesak semua pihak untuk menghentikan pertempuran serta mencapai rekonsiliasi melalui dialog. Cina juga mendukung keamanan institusi dan proyek Cina di Myanmar.

Sejak kudeta militer pada Februari 2021 yang menggulingkan pemerintahan demokratis Aung San Suu Kyi, Myanmar telah berada dalam kekacauan. Kelompok pemberontak pro-demokrasi dan milisi etnis minoritas telah bekerja sama dalam memperjuangkan otonomi yang lebih besar dan melawan kekuasaan junta.

Meskipun negara-negara Barat mengutuk militer Myanmar dan memberlakukan sanksi terhadap pemerintahan yang ada, Cina dan Rusia justru mendukung pihak junta. Cina mengatakan bahwa mereka mendukung Myanmar dalam menentukan jalannya sendiri dan mendesak masyarakat internasional untuk menghormati kedaulatannya.

Sumber: Republika