JENEWA – Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia, Euro-Med melaporkan pada Kamis (2/11/2023), bahwa Israel telah mengakui telah menjatuhkan ribuan bom di Jalur Gaza sejak awal agresi pada tanggal 7 Oktober lalu.
Organisasi internasional tersebut mengatakan bahwa jumlah bahan peledak yang dijatuhkan ke Gaza melebihi 25.000 ton dengan kecepatan 70 ton per kilometer persegi. Disebutkan pula jumlah bahan peledak tersebut setara dengan dua kali kekuatan bom nuklir Amerika Serikat yang dijatuhkan di Hiroshima.
Organisasi ini juga menunjukkan bahwa Israel sengaja menggunakan campuran bahan peledak yang dikenal sebagai RDX, dengan kekuatan 1,34 TNT. Menurut Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med, ini berarti kekuatan destruktif dari bahan peledak yang dijatuhkan di Gaza melebihi apa yang dijatuhkan di Hiroshima, dengan catatan bahwa luas kota Jepang itu adalah 900 km2, sementara luas Gaza tidak melebihi 360 km2. Israel menggunakan bom dengan daya hancur yang sangat besar, beberapa di antaranya berkisar antara 150 kg hingga 1.000 kg.
Dalam konteks yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf al-Qidra, Kamis (2/11/2023) mengumumkan bahwa jumlah korban syahid sejak dimulainya agresi ke Gaza telah melampaui 9.000 orang, termasuk 3.760 anak-anak, 2.326 wanita, dan 32.000 orang terluka dengan berbagai macam luka.
Dia menunjukkan bahwa jumlah laporan yang diterima oleh Kementerian Kesehatan mengenai orang hilang telah melampaui 2.000 orang, termasuk 1.150 di antaranya adalah anak-anak. Selain itu, 135 petugas kesehatan telah menjadi martir dalam agresi Israel yang sedang berlangsung dan 25 ambulans telah dihancurkan.
Al-Qidra menambahkan bahwa 100 fasilitas kesehatan telah menjadi target, dengan 16 rumah sakit tidak beroperasi. Kemudian 32 pusat layanan kesehatan primer terkena dampak akibat serangan udara dan kekurangan bahan bakar, yang disebabkan oleh blokade entitas pendudukan.
Kementerian Kesehatan kemarin menyatakan bahwa generator utama di Rumah Sakit Indonesia telah mati setelah kehabisan bahan bakar. Pihaknya juga memperingatkan bahwa ratusan pasien dan korban luka-luka kini berada dalam bahaya.
Dalam konteks yang sama, kantor media Gaza mengatakan bahwa Rumah Sakit al-Shifa juga menggunakan cadangan bahan bakar terakhirnya dan generator utamanya hampir berhenti beroperasi.
Sementara itu, direktur Rumah Sakit Syuhada al-Aqsa mengumumkan bahwa fasilitas kesehatan tersebut tidak dapat lagi menampung jumlah korban. Sehingga sebuah tenda didirikan untuk menampung para pasien dan korban luka-luka.
Mengenai kesepakatan untuk mengizinkan warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis ke Mesir, kantor media pemerintah Gaza menunjukkan bahwa penjajah Zionis Israel menargetkan jalan-jalan menuju penyeberangan Rafah. Tujuannya untuk menghambat proses pemindahan para korban terluka untuk mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan.
Sumber: Republika