Mesir mengumumkan permintaan gencatan senjata untuk alasan kemanusiaan. Pada Sabtu (28/10/2023), Mesir mengingatkan konsekuensi kemanusiaan dan keamanan dari operasi darat Israel di Jalur Gaza dan menuntut agar Tel Aviv bertanggung jawab atas pelanggaran resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta gencatan senjata demi kemanusiaan.
Dalam pernyataan tersebut, Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa invasi darat akan meningkatkan jumlah korban. Oleh karena itu, Mesir mendesak Israel untuk memfasilitasi akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dengan aman, lengkap, dan berkelanjutan.
Mesir juga memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan dapat terjadi dan mengganggu keamanan regional serta stabilitas di kawasan jika Israel tidak segera memenuhi tuntutan gencatan senjata kemanusiaan dan memfasilitasi akses bantuan ke Jalur Gaza.
Gaza telah didera serangan udara dari Israel sejak serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober. Hamas melancarkan Operasi Banjir Al Aqsa sebagai balasan atas penyerbuan di Masjid Al Aqsa dan peningkatan aksi kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Israel merespons serangan Hamas dengan serangan udara yang tidak henti-hentinya, yang semakin intensif pada Jumat (27/10) malam. Selain itu, Israel juga mematikan total jaringan telekomunikasi dan internet.
Data menunjukkan bahwa Minimal 7.703 warga Palestina, termasuk 3.595 anak-anak, tewas dalam serangan Israel, sementara jumlah kematian di Israel lebih dari 1.400.
Selain itu, sekitar 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi kelangkaan makanan, air, dan obat-obatan akibat blokade Israel. Hingga saat ini, hanya sedikit truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza sejak penyeberangan Rafah dibuka akhir pekan lalu.
Pada Jumat malam, Majelis Umum PBB menyetujui resolusi yang meminta gencatan senjata kemanusiaan. Namun, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menolak seruan tersebut dan menyebutnya “tercela”.
[Sumber](https://internasional.republika.co.id/berita/s38sxw335/mesir-israel-langgar-resolusi-pbb-soal-gencatan-demi-kemanusiaan)