Distribusi makanan dan pasokan medis sulit disebar di wilayah kantung Palestina, Gaza. Kekurangan bahan bakar yang kronis, jalan-jalan yang tertutup puing-puing akibat penembakan Israel, dan kepadatan penduduk akibat pengungsian warga sipil menjadi alasan utama. Meskipun terjadi peningkatan pasokan, jumlah truk bantuan yang masuk ke Gaza masih sangat kecil, hanya rata-rata 14 truk setiap hari. Padahal pada waktu normal, sekitar 400 truk dikirim setiap hari untuk populasi 2,3 juta jiwa.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini. Menurutnya, tingkat bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza saat ini tidak mencukupi dan tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat di Gaza, sehingga memperburuk tragedi kemanusiaan tersebut.
Aliran bantuan ke Gaza juga telah menurun tajam sejak Israel mulai menembaki daerah tersebut pada 7 Oktober 2023. Jumlah korban jiwa akibat pemboman ini juga telah menimbulkan kegemparan internasional. Otoritas medis di Gaza yang dipimpin Hamas melaporkan bahwa 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak, telah terbunuh.
Badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) melaporkan bahwa pengambilan bahan makanan oleh warga Gaza yang kelaparan pada akhir pekan lalu di salah satu dari dua gudang mereka telah mempersulit pekerjaan. Gudang kedua di dekat perbatasan Rafah dengan Mesir juga menjadi lebih sulit dioperasikan karena 8.000 pengungsi berlindung di dalamnya.
UNRWA mencatat bahwa 67 pekerjanya telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah ini merupakan yang tertinggi atas kematian staf PBB dalam konflik apa pun dalam waktu singkat.
Prioritas UNRWA saat ini adalah memberikan bantuan kepada setidaknya 670 ribu pengungsi di 150 tempat penampungan. Mereka juga berusaha menyediakan tepung terigu untuk toko roti. Namun, kapasitas mereka telah melampaui batas, karena jumlah pengungsi Gaza yang empat kali lebih banyak dari yang direncanakan sebelum perang.
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah melaporkan bahwa gudang mereka di Kota Gaza mengalami kerusakan parah dan tidak dapat digunakan lagi. UNICEF Palestina juga menghadapi kesulitan dalam mendistribusikan pasokan medis karena ancaman pemboman, puing-puing, dan kekurangan bahan bakar yang membuat jalan-jalan menjadi tidak aman dan sulit diakses.
Para pejabat bantuan kemanusiaan menyatakan bahwa distribusi sangat sulit dilakukan di Gaza utara, yang menjadi fokus utama operasi militer Israel. Beberapa pihak telah menghentikan semua pengiriman bantuan ke wilayah tersebut.